Dampak Kesuriteladanan Seorang Guru

Oleh: Sinta Lestari
Ibu Rumah Tangga & Aktivis Muslimah

 

 

Lensamedia.com– Dikutip dari laman Suara Sulsel.id (30/01/2021), Analis Kepegawaian Kementrian Agama (Kemenag) Sulsel Andi Syaifullah mengatakan, kebijakan penempatan guru beragama Kristen di sekolah Islam atau Madrasah sejalan dengan peraturan Mentri Agama (PAM) Republik Indonesia. Ia menambahkan bahwa guru Kristen yang mengajar di madrasah bukan untuk mengajar agama tetapi untuk mengajarkan pendidikan umum.

 

Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad ikut mengomentari terkait kebijakan penempatan guru beragama non-Muslim di madrasah. Kebijakan ini terkait dengan pengangkatan guru beragama Kristen Eti Kusnawati sebagai guru calon pegawai negeri sipil (CPNS), yang di tempatkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tana Toraja.

 

Guru Besar Sosiologi Universitas Islam (UIN) ini menilai untuk guru madrasah, masih banyak guru-guru beragama Islam yang memiliki kemampuan di bidang studinya. Ia mempertanyakan dengan jumlah Muslim mayoritas 80 persen lebih, kenapa harus memakai guru beragama lain. Terkecuali di daerah minoritas Muslim yang gurunya terbatas, maka bisa dimaklumi (Suara.com, 01/02/2021).

 

Ketika kita melihat dunia pendidikan saat ini, kondisinya sangatlah memprihatinkan. Walaupun sekolah umum yang notabennya beragama Islam baik murid dan gurunya, namun belum mampu seutuhnya mencetak generasi Islam yang tangguh dan kuat. Fakta membuktikan, banyaknya kenakalan remaja yang berimbas pada rusaknya generasi saat ini, salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya pengajaran agama dalam kehidupannya. Tidak hanya di sekolah, namun juga di rumah dan lingkungannya.

 

Contoh di sekolah, mata pelajaran agama hanya memiliki waktu 2 jam dalam sepekan. Guru agama pun kewalahan dalam mendidik murid yang rata-rata berjumlah kurang lebih 40 orang dalam satu kelas. Pendidikan di rumah pun tidak menjamin semua remaja atau anak-anak mendapatkan pendidikan agama yang kuat.

 

Hal ini dikarenakan sebagian ibu yang merupakan pencetak ahklakul karimah anak-anaknya dipaksa untuk keluar rumah (bekerja) untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Akibatnya anak diasuh oleh orang lain yang bisa jadi pendidikan agamanya kurang bahkan tidak memiliki pondasi agama yang kuat. Kemudian, lingkungan berpengaruh besar dalam proses tumbuh kembangnya seorang anak.

 

Kalaulah lingkungannya baik dan islami, anak akan berkembang sesuai dengan lingkungannya. Namun sebaliknya, kalau lingkungannya tidak baik, maka anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang dia terima di lingkungannya. Tentu sangat mengerikan bukan?

 

Apa yang harus kita lakukan agar generasi ke depan bisa menjadi generasi yang sesuai dengan cita-cita kita sebagai orang tua? Sesungguhnya peran negara sangatlah penting dalam menghasilkan generasi yang baik. Selain peran negara, pentingnya pendidikan agama merupakan hal yang sangat mendasar dalam memupuk pribadi yang baik dan cara yang benar dalam mencetak generasi qur’ani.

 

Oleh karena itu, walaupun guru Kristen hanya sebatas mengajar mata pelajaran bidang studi saja, namun alangkah lebih baiknya apabila guru bidang studinya pun beragama yang sama dengan murid muridnya, agar suasana pembelajaran lebih kondusif. Selain itu, agama atau aqidah akan menjadi pengikat rasa persaudaraan yang tinggi, akan lebih mudah bagi keduanya saling mengingatkan dalam hal agama (dakwah).

 

Selain itu, guru harus menjadi figur yang dapat diteladani oleh muridnya. Maka guru yang soleh atau solehah akan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya sesuai dengan tujuannya. Wallahu a’lam bishshawab. (RA/LM)

Please follow and like us:

Tentang Penulis