Berpulangnya Ulama Menyisakan Duka Mendalam

Oleh: Nur Rahmawati, S.H.
Penulis dan Praktisi Pendidikan

 

Lensa Media News – Duka mendalam dirasakan umat muslim atas berpulangnya ulama asal Madinah, Syekh Ali Jaber di RS Yarsi pukul 8.30 Kamis pagi ini. Berita duka ini dibenarkan Ketua Yayasan Syekh Ali Jaber, Habib Abdurrahman Al-Habsyi, secara singkat dikutip dari Republika.co.id, Kamis (14/1/2021).

Wafatnya beliau adalah suatu musibah bagi umat muslim, sebagaimana hadist berikut:
“Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).

Ilmu yang beliau miliki adalah salah satu rujukan kita umat Islam untuk memahami agama Islam. Karena ulama adalah sosok yang merakyat dan memahami serta dipercaya oleh rakyat, dengannya lah umat mendapatkan tempat untuk bertanya tentang masalah kehidupan mereka. Syekh Ali Jaber adalah salah satu ulama yang cukup menarik hati umat muslim di Indonesia. Ceramahnya yang khas serta mudah dipahami juga tegas menyatakan yang hak dan batil menjadi bagian dari sosok beliau yang santun.

Kini, kehilangan sosok beliau menjadikan berkurangnya ulama yang tawadu’. Rusaknya umat selain disebabkan oleh pemimpin yang khianat juga ulama yang khianat, sebagaimana sejalan dengan teori al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, yang menyatakan bahwa rakyat yang rusak itu disebabkan oleh penguasa yang juga rusak. Sedangkan penguasa yang rusak pun diakibatkan oleh ulama yang juga rusak.

Berbeda dengan Syekh Ali Jaber yang rela membela rakyat dan tidak mudah tergiur dengan gemerlap dunia. Selain itu tidak memiliki kepentingan atas kekuasaan menjadikan beliau dikagumi banyak orang.
Ulama yang dapat dijadikan rujukan dalam mengambil keputusan dan menasehati pemerintah kini langka dicari, yang menjalankan perannya sebagaimana peran ulama yang diisyaratkan al Qur ‘a yakni:

Pertama, menyampaikan ajaran Islam sesuai dengan al-Qur’an.

Kemampuan untuk menguasai ilmu agama yang dimiliki ulama tidak diragukan lagi. Hal ini menjadi modal untuk menyampaikan dan mengajarkannya kepada umat sehingga terpahamkan untuk diterapkan di kehidupan mereka, agar tidak menyimpang dari syariat Islam.

Kedua, menjelaskan kandungan al-Qur’an.

Pemahaman yang minim oleh umat akan bahasa arab menjadikan sulit untuk memahami kandungan al-Qur’an. Olehnya tidak semua yang memiliki kemampuan tersebut sebagaimana ulama, maka inilah yang menjadi salah satu peran ulama untuk menjelaskan kandungan al-Qur’an, agar umat tidak tersesat karena salah dalam memahami kandungannya.

Ketiga, menyelesaikan permasalahan dan peroblem agama di masyarakat.

Peliknya problematika umat dalam hal agama, terlihat dari banyaknya penyimpangan yang terjadi seperti tumbuh suburnya aliran-aliran sesat yang mengatas namakan Islam sehingga menjadikan penodaan terhadap agama Islam. Di sinilah peran ulama untuk dapat meluruskan, menyelesaikan permasalah yang terjadi.

Begitu pentingnya peranan tersebut menjadikan duka mendalam bagi kita muslim ketika kehilangan ulama untuk selamanya. Semoga akan ada lahir ulama-ulama yang tawadu’ dan ikhlas dalam mendakwahkan Islam untuk dapat diterapkan secara kaffah (menyeluruh) oleh semua pihak baik individu, masyarakat dan negara dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyyah. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. [LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis