Peradaban Islam Mencetak Cendekiawan Muslim
Oleh: Ulfah Sari Sakti,S.Pi
(Jurnalis Muslimah Kendari)
Lensa Media News – Pada sistem pendidikan demokrasi – sekular seperti saat ini, segala sesuatunya bersumber dari pikiran manusia, sering terjadi perubahan kebijakan atas implementasi suatu program pembangunan, dengan kata lain banyak pilot project (uji coba). Seperti yang terjadi di bidang pendidikan, teranyar terjadi perubahan kurikulum tingkat SMK serta pelibatan swasta dan asing dalam peningkatan mutu perguruan tinggi.
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Vokasi) kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah melakukan penyesuaian kurikulum SMK dalam rangka mendukung program link and match.
Pertama, mata pelajaran yang bersifat akademik dan teori akan dikontekstualisasikan menjadi vokasional, misalnya Matematika dan Bahasa Indonesia akan menjadi Matematika terapan dan Bahasa Indonesia terapan.
Kedua, magang atau praktek kerja industri (Prakerin) minimal satu semester atau lebih. Ketiga, terdapat mata pelajaran project base learning dan ide kreatif kewirausahaan selama 3 semester. Keempat, SMK akan menyediakan mata pelajaran pilihan selama 3 semester, misalnya siswa jurusan teknik mesin dapat mengambil mata pelajaran pilihan marketing (detiknews.com/9/1/2021).
Sementara itu Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pemdidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Google, Gojek, Tokopedia dan Traveloka menyelenggarakan program Bangun Kualitas Manusia Indonesia (Bangkit 2021).
Bangkit merupakan program pembinaan 3.000 talenta digital terampil guna menyiapkan sembilan juta talenta digital terampil pada tahun 2030. Program ini ditawarkan kepada mahasiswa di semua perguruan tinggi Indonesia untuk dapat mengimplementasikan kampus merdeka melalui studi / proyek independen untuk mendapatkan kompetensi di bidang machine learning, mobile development dan cloud computing.
Sistem Islam Hasilkan Ilmuwan Sekaligus Ulama
Berbeda dengan pendidikan ala demokrasi-sekular yang hanya berorientasi kepada kecerdasan jasmani dan kemapanan secara materi, ketika sistem Islam masih tegak, pendidikan berorientasi kepada kematangan berpikir yang bersandar pada akidah Islam sehingga terdapat keseimbangan antara iman dan IPTEK. Maka, tidak heran ilmuwan yang lahir tidak hanya mampu menemukan hal-hal yang dibutuhkan masyarakat, tetapi juga mampu menjadi ulama besar dengan tsaqofah Islam yang mumpuni.
Beberapa ilmuwan Islam yang berpengaruh di dunia misalnya Ibnu Sina (980-1037), adalah orang yang pertama kali menemukan cara pengobatan bagi orang yang sakit dengan cara menyuntikkan obat ke tubuh penderita.
Al Khawarizmi (780-890), adalah orang yang menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Beliau juga yang pertama kali memperkenalkan Aljabar dan hisab. Ibnu al Nafis (1213-1288), adalah Bapak Fisologi Sirkulasi karena beliau mampu merumuskan dasar-dasar sirkulasi jantung, paru-paru dan kapiler.
Jabir bin Hayyan (721-815), adalah ahli di bidang kimia, beliau dapat mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia ke dalam proses pembuatan logam dan besi. Ibnu Khaldun (1332-1406), adalah seorang sejarawan dan sosiologi Islam yang terkenal di dunia. Al Zahrawi (936-1013), adalah peletak dasar-dasar ilmu bedah modern.
Kejeniusan mereka dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi, tidak lantas mengalahkan semangat mereka untuk mengkaji tsaqofah Islam, Dengan begitu mereka menjadi ilmuwan sekaligus ulama yang tidak hanya mencerahkan peradaban di zaman mereka masih hidup, tetapi hingga sepanjang masa.
Demokrasi – sekular, pendidikannya terlalu melibatkan swasta bahkan asing dalam pengelolaannya, berbeda dengan sistem Islam, pendidikan merupakan kewajiban pemerintah untuk mengurusinya. Pemerintah pada sistem Islam tidak hanya meriayah (mengurusi) masyarakat dengan pendidikan gratis, tetapi juga membangun segala fasilitas dengan keuangan yang mandiri. Dengan begitu kebijakan yang diambil tidak akan diintervensi oleh pihak mana pun.
Adapun beberapa universitas Islam tertua di dunia dan masih eksis hingga saat ini diantaranya Universitas Al Qarawiyyin di Fes, Maroko (859 Masehi), awalnya merupakan sebuah Masjid yang didirikan oleh seorang wanita bernama Fatima al Fihri. Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir (972 Masehi), merupakan universitas yang menjadi pusat sastra dan literatur Arab, serta pembelajaran Islam.
Adanya fakta sejarah tersebut menunjukkan bahwa pendidikan sistem Islam, berbeda dengan sistem demokrasi-sekular, yang mana pendidikan sistem Islam tidak mengutamakan para siswa/mahasiswa yang lulus untuk menjadi tenaga kerja yang menghasilkan materi/finansial yang sebesar-besarnya, tetapi lebih kepada ilmu yang bermanfaat terhadap kemaslahatan umat. Karena itu sudah selayaknya jika pemerintah saat ini mempertimbangkan apakah tetap mempertahankan sistem pendidikan yang dianut?.
Wallahu’alam bishowab.
[ry/LM].