Ironi Hari Ibu
Tanggal 22 Desember dianggap sebagai Hari Istimewa, terutama bagi seorang ibu. Sebab, pada tanggal tersebut diperingati sebagai hari ibu. Tetapi, benarkah peringatan Hari Ibu yang selama ini diperingati merupakan penghargaan bagi kaum wanita? Atau hanya sekadar “latah” sebuah perayaan Semata?
Ironis, meski setiap tahun hari ibu selalu diperingati, namun, kaum wanita khususnya ibu kondisinya semakin memprihatinkan. Apa lagi kondisi di tengah pandemi saat ini, beban yang harus dipikul oleh seorang ibu semakin berat. Mereka harus ikut terjun ke ranah publik untuk bekerja guna membantu meringankan beban suami untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang semakin sulit.
Selain beban ikut mencari nafkah, beban seorang ibu bertambah semenjak pemerintah memberlakukan belajar daring, sementara orang tua (ibu) tidak siap, adanya KDRT (Kekerasan Dalam Rumah tangga) dan lain-lain. Sehingga tingkat stres di kalangan ibu semakin maningkat.
Demikian sekelumit gambaran kondisi seorang ibu dalam sistem kapitalis saat ini. Seorang ibu (wanita) tidak terjamin keamannya, kebutuhannya, akalnya. Sehingga banyak dari mereka berbuat nekat yang di luar nalar.
Sementara dalam Islam, seorang wanita adalah ummu warobatul bait yang bertugas untuk melayani suami, mengatur rumah dan mendidik anak. Pun mereka tidak harus terjun ke ranah publik untuk bekerja, karna Islam mewajibkan seorang laki laki untuk bekerja dan jika kebutuhan ekonominya tidak terpenuhi maka negara turut andil menyelesaikan persoalan yang di hadapi rakyatnya. Wallahu a’lam bishawab.
Dewi Sartika
Konda, Konawe Selatan