Banjir. Satu kata ini teramat sering terdengar di telinga kita. Terlebih ketika banjir ini menjadi ‘agenda tahunan’ yang tidak pernah absen sekalipun khususnya bagi masyarakat Kabupaten Bandung. Miris, meski berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah, mulai dari membuat sodetan, pengerukan, rumah pompa juga kolam retensi, namun nyatanya banjir itu tetap datang menyambangi para korban. Malahan, semakin lama semakin parah.

 

Begitu banyak wilayah yang menjadi langganan banjir bila musim penghujan tiba, salah satunya seperti yang sering terjadi di beberapa kecamatan, yakni Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Cileunyi, Majalaya, Gedebage, dan lain-lain. Wilayah ini merupakan titik terendah kota Bandung. Belum lagi jika hujan deras dalam waktu yang lama, pasti semua orang akan khawatir terkena banjir. Dampaknya pun mampu meluluh lantahkan puluhan bahkan ratusan rumah.

 

Berbagai fenomena alam yang menimpa negeri kita akhir-akhir ini tidak lepas pula dari campur tangan manusia yang mengganggu keseimbangan ekosistem. Allah Swt. berfirman: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS ar-Ruum [30]: 41)

 

Ayat tersebut menegaskan bahwa akibat ulah manusia yang menerapkan sistem yang bertentangan dengan hukum buatan Allah, yakni Sekuler Kapitalis dalam kehidupan mereka, bumi dan seisinya menjadi ‘tak terkendali’. Itu terjadi agar manusia sadar dan kembali ke jalan yang benar, yakni ke jalan Islam, dengan diterapkannya Syariat Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Rasyidah, karena tidak ada kebenaran kecuali Islam. Wallahu’alam bii ashawab. [Faz/LM]

Resti Mulyawati, S. Farm

Please follow and like us:

Tentang Penulis