Butuh Sinergi Menyaring Tontonan

 

Tak bisa dipungkiri kehadiran tontonan dapat menjadi panutan. Terlebih di masa pandemi, banyak aktivitas yang dilakukan di rumah. Menonton menjadi salah satu hiburan utamanya bagi anak-anak untuk mengisi waktu di rumah. Sayangnya, melalui tontonan anak-anak dapat meniru berbagai aktivitas yang ditontonnya atau bahkan mengikuti tren viral yang kemudian menjadi panutan bagi mereka.

 

Apalagi konten perfilman di Indonesia dilaporkan Lembaga Sensor Film RI bahwa pada tahun 2019, film dengan kategori usia “semua umur” (yang artinya ramah ditonton anak) hanya sekitar 10-14 persen. Jumlah penonton anak tidak sebanding dengan jumlah film anak yang tersedia. Akibatnya penonton anak beralih turut menonton genre film yang tidak sesuai dengan usia mereka.

 

Oleh karena itu, menyikapi hal ini Lembaga Sensor Film RI mencanangkan Budaya Sensor Film Mandiri agar masyarakat memiliki kemampuan dan kesadaran memilih dan memilah tontonan, sesuai dengan klasifikasi usianya. Program ini pun mendapat apresiasi dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Bintang Darmawati.

 

Keberadaan tontonan di era sekuler seperti sekarang ini banyak menimbulkan kerusakan. Karena tontonan didominasi materi bukan tempat mendidik anak untuk menjadi pribadi yang bertakwa. Sehingga mudah menghasilkan kerusakan generasi.

 

Banyaknya tontonan menuntut orang tua lebih berhati-hati menyaring tayangan ramah anak. Oleh karena itu, budaya sensor mandiri dipilih untuk menjauhkan kerusakan anak akibat tontonan.

 

Solusi atas masalah ini sejatinya tak cukup jika satu pihak saja, tapi perlu sinergi bersama antara individu, masyarakat dan negara untuk menyelamatkan anak dari bahaya tontonan. Negara memiliki peran besar untuk menyaring tayangan bagi masyarakat. Konten yang ditayangkan adalah yang bermanfaat bagi generasi. Semua yang ditayangkan adalah pembelajaran yang akan meningkatkan keimanan dan tsaqofah Islam. Sehingga darinya akan lahir generasi yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. [LM]

Ismawati
(Palembang, Sumatera Selatan)

Please follow and like us:

Tentang Penulis