Melawan Mitos Khilafah
Hubungan antara Turki Utsmani dengan Nusantara karena Islam seakan menjadi sebuah delusi atau khayalan semata, ketika perasaan atau duagaan saja yang dijadikan argumen untuk membenarkannya. Padahal fakta dan bukti sejarahnya banyak ditemukan di berbagai wilayah Indonesia saat ini, terkhusus itu semua sudah direkam secara apik dan kompatibel dalam film yang berjudul Jejak Khilafah di Nusantara besutan Khilafah (JKDN) Channel dan Komunitas Literasi Islam yang tayang secara streaming pada tanggal 1 Muharram 1442 H/20 Agustus 2020 kemarin.
Tujuan pembuatan film JKDN ini memang untuk memicu atau memantik diskusi-diskusi sejarah, khususnya sejarah Islam masuk ke bumi nusantara ini, apakah memang ada hubungannya dengan khilafah Turki Utsmani atau hanya mitos semata?
Pengamat dan penulis sejarah seperti Prof. Azyumardi Azra menyampaikan dalam acara TV One tanggal 27 Agustus 2020 bahwa pemerintahan yang disebut sebagai khilafah hanya sebatas pada masa khulafaur rasyidin, setelahnya tidak ada sistem khilafah, yang ada hanya sistem monarki atau kesultanan.
Namun, pendapat ini dibantah telak oleh Nicko Pandawa selaku sutradara film tersebut dengan menyatakan bahwa banyak literatur yang menyabutkan bahwa Dinasti Umayyah hingga Abbasiyah bahkan Utsmaniyah adalah sistem pemerintahan khilafah, yang pemimpinnya disebut sebagai khalifah, juga dijelaskan dalam buku karangan Prof. Azyumardi Azra bahwa pemerintahan Turki saat itu pemimpinnya disebut sebagai khalifah.
Sejarah memang tidak bisa dijadikan acuan hukum, tapi kebenarannya tidak bisa diealakkan lagi, bahkan bukti dan jejaknya tak bisa ditutupi, meski penguburan itu sudah ada sejak zaman penjajahan agar generasi hanya menikmati sejarah sebagai lantunan dongeng atau mitos, bukan motivasi pembelajaran untuk membangun masa depan lebih baik dari apa yang sudah terjadi dalam sejarah.
Ahmar Hanifah
(Pegiat Literasi dan Sastra Islam)
[LM]