Tak Sekadar Keuntungan
Tahun 2020 menjadi tahun berat bagi semua orang. Pasalnya, Covid-19 yang telah menjadi pandemi ini membuat sejarah baru dalam dunia kesehatan. Pakar kesehatan dan perusahaan obat dari seluruh dunia mencari cara dan upaya untuk menemukan vaksin SARS- CoV-2 secepat mungkin. Salah satunya adalah perusahaan Sinovac asal Beijing, Tiongkok.
Indonesia pun memutuskan menjalin kerja sama dengan Sinovac, karena pengalamannya dalam pengembangan vaksin cukup beragam. Lewat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kesehatan, Bio Farma, Indonesia akan menguji klinis bakal vaksin Covid-19 milik Sinovac.
Kerja sama tersebut pun, disebut-sebut akan menguntungkan Indonesia. Salah satunya ada proses transfer teknologi yang dilakukan Sinovac kepada Bio Farma. Nantinya, bahan aktif diberikan ke Bio Farma, selanjutnya baru akan diracik dan diformulasikan di Indonesia.
Keuntungan lainnya, uji coba ini bakal memberi informasi terkait respons vaksin pada penduduk Indonesia. Kecocokan vaksin bakal dapat diketahui ketimbang membeli vaksin dari luar yang belum diuji di Indonesia.
Seyogianya, kerja sama yang dilakukan oleh BUMN dengan produksen vaksin patut mendapatkan perhatian. Mengingat jangan sampai kerja sama tersebut menjadi kerja sama antar swasta yang bisa jadi memonopoli keuntungan umum demi keuntungan segelincir orang atau pihak tertentu.
Kemudian, negara pun tidak boleh menjadikan faktor keuntungan sebagai bahan pertimbangan menentukan sebuah kebijakan. Namun, negara harus berorientasi terhadap kemaslahatan rakyatnya, yaitu memfokuskan vaksin/obat pada aspek kelayakan dan keamanannya. Sebagaimana Islam yang melarang keras faktor keuntungan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan utama dalam pengambilan kebijakan.
Siti Komariah,
Konda, Sulawesi Tenggara
[hw/LM]