Ilusi Pilkada Jujur dan Adil
Tingkat praktik money politics di Kabupaten Indramayu diprediksi bakal melonjak pada pelaksanaan Pilkada Indramayu 2020. Hal ini disampaikan oleh Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (Cikom-LSI) Network Denny JA saat merilis hasil survei popularitas dan elektabilitas kandidat yang berpotensi memenangkan Pilkada Indramayu 2020 di Grand Hotel Trisula Indramayu (tribuncirebon.com, 9/7/2020).
Begitulah wajah demokrasi di Indonesia termasuk di Indramayu. Asas LUBER (langsung umum bebas dan rahasia) serta jujur dan adil, dalam setiap pemilihan tampaknya hanya sekadar menjadi slogan dan angan-angan saja.
Karena faktanya masyarakat baik pemilih maupun yang dipilih sudah terbiasa dengan fenomena money politics dan bahkan dianggap wajar. Sehingga secara otomatis setiap kontestan atau calon kepala daerah harus menyediakan modal yang besar untuk dipilih, dan tentunya ini justru yang ditunggu-tunggu dan disenangi pemilih.
Demokrasi memang mahal, apalagi kalau modal yang dimiliki calon ini berasal dari dukungan dana para kapitalis. Sudah dapat dipastikan tidak ada “makan siang gratis” bagi pemilik modal tadi. Apapun yang mereka inginkan harus dipenuhi oleh calon ketika sudah terpilih, tentu kepentingan pemilik modal ini nantinya bakal menjadi hal yang utama harus dipenuhi, dibandingkan dengan kepentingan rakyat.
Dengan kebobrokan yang terus menerus terjadi, kenapa tidak segera kita campakkan saja sistem kapitalisme yang merusak dan merugikan ini. Saatnya kita kembali kepada syari’at Islam, sistem penuh berkah dengan aturan yang datang dari Rabb semesta alam, Allah Swt.
Bersama syari’at Islam, menjadi pemimpin yang jujur dan adil bukan sekadar ilusi, atau hanya slogan dan janji manis. Niscaya akan terwujud dan terbukti. Sebab kepemimpinan adalah amanah besar, sebuah kewajiban dengan pertanggungjawaban langsung kepada kepada Allah Swt. Cara-cara kotor pun hanya tinggal sejarah.
Wallahua’lam bish-shawab.
Sri Yulia Sulistyorini, S.Si
(Anggota FMPU dari Indramayu)
[Faz/LM]