Adil Harus Sama?
Oleh: Sri Purwanti, Amd.KL
(Founder RumBa cahaya Ilmu)
Parenting- Kehadiran anak dalam sebuah keluarga adalah anugerah tersendiri, apalagi jika anak lebih dari satu. Rumah akan semakin semarak dengan kehadiran mereka. Namun, kadang kadar rasa cinta orang tua terhadap anak berbeda, cenderung lebih menyayangi salah satu anaknya dibandingkan anaknya yang lain. Hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena akan menimbulkan permusuhan dan mengikis kasih sayang antar saudara. Rasulullah saw. memerintahkan orang tua untuk berlaku adil kepada anak-anaknya.
Adil berasal dari bahasa Arab al-adlu, secara bahasa memiliki arti proporssional, tidak berat sebelah, jujur. Sedangkan menurut KBBI adil berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar, berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Sedangkan dilihat dari sudut pandang syara, adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Apakah Adil Harus Sama?
Dalam mendidik anak adil berarti memberikan sesuatu sesuai porsinya, bukan berarti harus sama rata. Hal ini penting sekali untuk dipahamkan kepada anak, supaya tidak terjadi kesalahpahaman.
Nah bagaimana caranya menunjukan sikap adil kepada anak?
Pertama, tidak pernah membandingkan anak. sikap orang tua yang membandingkan anak baik dari segi akademis maupun yang lain, akan menurunkan harga diri anak yang merasa kurang mampu, dan menimbulkan arogansi kepada saudaranya yang dianggap lebih unggul. Akan lebih bijak jika kita memahamkan mereka akan potensi masing-masing, sehingga bisa berkembang sesuai potensinya.
Kedua, tidak menunjukan sikap memihak salah satu. Anak-anak berselisih atau bertengkar dengan saudaranya itu hal yang wajar, selama tidak sampai menggunakan kekerasan fisik. Kita bisa menjadi penengah tanpa membela salah satu. Kita berikan kasih sayang dan perhatian dengan kadar yang sama sesuai porsi mereka.
Ketiga, memperlakukan anak dengan perlakuan yang sama, tidak pilih kasih. Misalnya ketika ketika kita memberikan hadiah, harus di pastikan semua mendapatkan. Tidak memilih salah satu saja. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya “Adillah kepada anakmu, adillah kepada anaknya, adillah kepada anakmu” (H. Abu Dawud, Nasa’I, dan Ibnu Hibban).
Syaikh Abdul Ghani Al-Nablisi berkata, “Pilih kasih orang tua terhadap anaknya akan menimbulkan permusuhan, kedengkian, dan kebencian di antara sesama anak-anak itu sendiri, kemudian akan terjadi pemutusan hubungan keluaga karena sikap pilih kasih orang tua mereka”
Keempat, tidak mengorbankan anak yang lebih tua. Sudah lazim di masyarakat, bahwa anak tertua harus selalu mengalah dengan adiknya karena dianggap sudah dewasa, padahal bisa jadi usia kakak dengan adik hanya selisih tahun. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menimbulkan retaknya persaudaraan mereka, bahkan menggangu psikologi sang kakak.
Kelima, menjadi pendengar yang baik. Kehadiran adik dalam sebuah keluarga pasti akan mengusik kakaknya, kita harus memastikan bahwa sulung tidak larut dalam kecemburuannya karena harus berbagi perhatian dan kasih sayang dengan adiknya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara berbicara dari hati ke hati. Mendegarkan keluh kesah dan harapannya.
Keenam, memperlakukan anak sesuai dengan kebutuhannya dan memberikan waktu yang berkualitas. Kebutuhan anak balita tentu berbeda dengan yang remaja. Kita bisa menyiasati supaya semua mendapatkan perhatian yang sama. Misalnya untuk anak yang remaja kita ajak we time, ngobrol ringan seputar aktivitas mereka, mencari solusi untuk kendala yang di hadapi. Sementara untuk yang balita kita bisa menemaninya bermain sembari belajar.
Semoga kita dimampukan untuk menjadi orang tua yang adil sehingga anak-anak kita tumbuh menjadi anak yang salih/salihah, penuh belas kasih, genrasi yang tangguh.
Wallahu a’lam
[LM]