Tidak Ada Rasisme dalam Islam
Oleh: Mariyatul Qibtiyah, S.Pd.
(Penulis Buku, Member Akademi Menulis Kreatif)
Lensa Media News – Kasus rasisme yang menimpa George Floyd telah memicu gelombang demonstrasi besar-besaran di Amerika Serikat. Bahkan, demonstrasi atas kematian Floyd juga terjadi di beberapa negara, seperti Australia dan Selandia Baru. Semua menentang rasisme serta menuntut persamaan hak bagi warga negara yang memiliki kulit berwarna (Tirto.id, 02/06/2020).
Kasus rasisme memang telah mewarnai sejarah panjang manusia. Bahkan juga di negara-negara yang menyatakan dirinya sebagai pendukung HAM. Seperti yang dialami oleh George Floyd, warga negara Amerika Serikat. Pria berkulit hitam itu menemui ajalnya setelah dianiaya oleh seorang anggota kepolisian. Ia dianiaya karena diduga telah menggunakan uang palsu 20 dollar AS (Rp. 282.240) saat membeli barang (Kompas.com, 04/06/2020).
Penganiayaan terhadap warga negara kulit hitam di Amerika tidak hanya terjadi sekali ini. Begitu juga di negara-negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Hal ini terjadi karena mereka yang berkulit putih merasa lebih baik dibandingkan dengan yang berkulit hitam. Di samping itu, negara juga tidak melakukan tindakan tegas terhadap para pelaku rasisme.
Inilah buah dari penerapan sistem kapitalisme. Mereka memang menyatakan dukungan terhadap HAM. Mereka mendukung kebebasan bagi setiap individu. Namun, kebebasan yang mereka maksud adalah yang sesuai dengan kepentingan mereka. Hal ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme gagal dalam menjaga keberagaman.
Hal ini sangat berbeda dengan Islam. Islam tidak mengenal istilah rasisme. Sebab, mulia tidaknya seseorang tidak dipandang dari bentuk fisik ataupun warna kulit. Allah Ta’ala berfirman,
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat [49]: 13).
Rasulullah saw. juga bersabda,
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah Abdirrahman bin Syahrin radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian” (HR. Muslim).
Karena itulah, dalam sejarah peradaban umat Islam, semua warga negara memiliki hak yang sama. Baik ia berkulit putih, merah, ataupun hitam. Ada Bilal bin Rabah, seorang mantan budak berkulit hitam. Karena ketakwaannya, bunyi terompahnya di surga telah didengar oleh Rasulullah Saw. saat beliau melakukan mi’raj.
Di samping itu juga ada Usamah bin Zaid, putra dari Zaid bin Haritsah dan Ummu Ayman yang berdarah Ethiopia. Usamah bin Zaid pernah diangkat oleh Rasulullah Saw. sebagai panglima perang saat berusia 16 tahun. Saat itu, Rasulullah Saw. hendak mengirimkan pasukan menuju Romawi. Sebagian sahabat merasa keberatan dengan penunjukan Usamah bin Zaid. Mereka meragukan kemampuan Usamah yang masih sangat belia. Namun, Rasulullah Saw. berhasil meyakinkan para sahabat bahwa kualitas Usamah tidak kalah dengan sang ayah, Zaid bin Haritsah.
Demikianlah, Islam tidak mengenal istilah rasisme. Sebab, aturan Islam berasal dari Allah Swt., Sang Pencipta manusia. Allah adalah satu-satunya yang paling mengetahui aturan yang terbaik bagi makhluk ciptaan-Nya. Karena itu, sudah saatnya kita kembali menerapkan Islam, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. serta para penggantinya. Sebab, hanya aturan Islam yang akan mampu menghapus sikap rasis di kalangan umat manusia. Sehingga, tidak akan ada lagi kasus seperti yang dialami oleh George Floyd atau orang-orang yang bernasib sama dengannya.
Wallahu a’lam bishshawab.
[ah/LM]