Indramayu “On” New Normal, Yakin Sudah Aman?
Wacana New Normal sampai juga ke Indramayu. Hal tersebut, nampaknya menjadi angin segar. Apalagi sudah tiga bulan lebih, sebagian besar warga menahan diri, berada di rumah saja. Padahal wilayah Indramayu belum begitu siap diterapkan New Normal, mengingat kasus penularan infeksi masih terjadi.
Akan tetapi animo masyarakat menyambut New Normal ini cukup besar. Dibukanya mall dan beberapa tempat wisata membuat masyarakat langsung ‘kalap’ menyerbu tempat tersebut. Hal ini terlihat dari jalanan yang sudah ramai kembali serta tempat keramaian yang sudah dipadati pengunjung.
New Normal yang ditetapkan pemerintah pusat saat ini, bukan berarti pandemi sudah berakhir. Menurut para epidemiologis, secara umum, Indonesia terlalu dini menerapkan New Normal, di saat kasus positif kian bertambah jumlahnya. Dikhawatirkan akan ada pandemi gelombang kedua.
Untuk mencegah hal itu terjadi, pemerintah harus terus mengedukasi masyarakat tentang kenormalan baru ini. Protokol kesehatan harus tetap dipatuhi. Masyarakat dihimbau menahan diri untuk keluar rumah hanya bila keperluan mendesak.
Namun serangkaian himbauan di atas seperti menggenggam angin. Pasalnya pemerintah malah lupa dengan karakter masyarakat yang heterogen. Terdiri dari berbagai latar belakang. Belum semua kalangan masyarakat teredukasi sehingga memiliki kesadaran akan pentingnya protokol kesehatan. Sebagian warga malah menyepelekan masalah ini.
Semestinya Normal Life, dikembalikan kepada makna yang syar’i, bukan sesuai tafsir internasional. Yakni hidup sejalan dengan fitrah manusia. Tunduk dan menyerahkan segala penyelesaian problematika kehidupan berdasar panduan wahyu Ilahi. Bukan lagi beradaptasi untuk bisa hidup berdampingan bersama wabah, tapi sungguh-sungguh melepaskan diri dari belenggunya.
Yakni dengan pemberlakuan karantina syar’i. Mengunci daerah wabah. Sembari fokus mengupayakan kesehatan bagi daerah terdampak. Negara hadir tidak setengah-setengah. [Faz/LM]
Anti Riyanti, Indramayu