Kebenaran Terungkap Bukti Rezim Tak Cakap

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Muslimah Penulis Sidoarjo

 

 

Lensamedianews.com– Pemerintah menerapkan kebijakan new normal di tengah pandemi Corona (COVID-19) demi pulihkan kondisi ekonomi. Namun, keputusan ini menimbulkan pro kontra di masyarakat. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto pun buka suara menjelaskan alasan pemerintah menerapkan New Normal Life. Dasar utama keputusan penerapannya adalah ekonomi.

 

“Tentu kita menginginkan agar pandemi COVID-19 ini tidak merembet atau merembes pada pandemi PHK. Sehingga salah satunya adalah melakukan restart, produktif tapi aman dari COVID-19. Oleh karena itu protokol-protokolnya baru, cara protokol baru ini diberlakukan sampai ditemukannya vaksin. Kalau kita menunggu vaksin sampai tahun depan. Kelihatannya dengan protokol kesehatan yang harus uji klinis dan yang lain, tidak dalam waktu dekat,” ujarnya dalam wawancara eksklusif Blak-blakan dengan detikcom (detikfinance.com,1/6/2020).

 

Sungguh, tak punya hati, memang ekonomi adalah penyangga utama sebuah negara. Namun sesungguhnya meskipun penyangga utama namun bukan satu-satunya yang jadi andalan kuat lemahnya negara. Kita berbicara dalam koridor ekonomi kapitalis sehingga jalan lain itu seakan nampak buntu.

 

Faktanya sejak awal negara kita telah salah memilih sistem dalam mengatur urusan rakyatnya. Kapitalisme adalah sistem yang mengingkari fitrah manusia, sehingga ia membawa cacat bawaan. Tak hancur sekarang, pasti suatu saat nanti akan tetap hancur. Alasannya karena berdiri di atas landasan yang lemah, yaitu sekulerisme. Pemisahan agama dari kehidupan. Sehingga mutlak hanya menggunakan aturan manusia yang terbatas dan menimbulkan celah pertentangan.

 

Islam memiliki satu mekanisme pengaturan perekonomian yang sudah teruji oleh masa. 1300 tahun bukan waktu yang singkat untuk menetapkan bahwa sistem ekonomi Islam adalah yang terbaik pada masanya, kini dan hingga akhir jaman.

 

Dalam keadaan pandemi, di mana aktifitas produksi melemah akibat arus permintaan dan penawaran juga melemah maka haruslah diambil satu kebijakan yang tepat. Di antaranya adalah pertama, melockdown wilayah yang benar-benar telah berstatus zona merah. Setelah sebelumnya diadakan pemeriksaan secara serentak untuk setiap penduduk di setiap wilayah agar didapat data yang akurat berapa jumlah positip Covid-19 dan berapa yang belum.

 

Hal ini sangat penting guna mencegah wilayah penularan virus yang lebih luas lagi. Sebagaimana yang terjadi sekarang. Pemerintah menetapkan PSBB tapi kemudian melonggarkan arus moda transportasi, pergerakan manusia bahkan hingga wacana sekolah dibuka kembali. Akibatnya penanganan di daerah dan pusat seringkali berlawanan.

 

Kedua mengoptilmalkan subsidi silang dari wilayah yang surplus SDA berikut kebutuhan pokok rakyat. Prioritas adalah pada wilayah yang dilockdown, seluruh kebutuhan harian warganya wajib dipenuhi negara. Kemudian menggalakkan produktivitas dalam negeri baik disektor pertanian, perdagangan, kelautan, kehutanan maupun SDA yang lainnya. Dalam hal ini mekanisme Baitul Maal dan pemberian negara sangat dibutuhkan. Bukan BLT (Bantuan Langsung Tunai) atau Bansos (Bantuan Sosial), yang hanya menjangkau sedikit orang dan wilayah yang tak terlalu luas.

 

Ketiga menutup pintu impor, sebab sejatinya impor adalah pintu penjajahan barat terhadap perekonomian bangsa bahkan kedaulatannya. Sebab setiap MOU impor pasti mengandung serentetan syarat dan prasyarat. Yaitu New Imperialisme, penjajahan gaya baru. Kebijakan ini juga salah satu stimulasi pertumbuhan ekonomi dalam negeri hingga bisa mencapai keseimbangan. Aroma bisnis yang dikawal oleh negara, tak ada transaksi riba, penimbunan, kecurangan, penipuan dan lain-lain yang biasanya dihalalkan oleh kapitalis.

 

Keempat adalah negara mendorong pengembangan sains dan teknologi di bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan lainnya. Tidak bergantung pada negara lain, optimalisasi ini memungkinkan negara tidak didikte negara lain. Bahkan langkah ini menyuburkan munculnya ilmuwan-ilmuwan baru yang sigap mendedikasikan kelimuannnya demi maslahat umat.

 

Kelima adalah mengedukasi masyarakat agar tak lepas dari bertawakal hanya kepada Allah SWT. Negara akan senantiasa mendukung pengajaran berbasis akidah Islam bagi setiap rakyatnya, baik muslim maupun non muslim. Yaitu dengan menggambarkan keindahan Islam ketika meriayah setiap individu hingga non muslim pun merasakan kebaikan penerapannya.

 

Apakah hal ini bisa berjalan di tengah pandemi dimana semua aspek sudah mengalami kelesuan? Jelas bisa, hari ini gelombang pengangguran tak melulu akibat PHK yang dikarenakan perusahaan bangkrut, namun juga karena lapangan pekerjaan tak terakses dengan mudah oleh setiap individu rakyat. Pemerintah yang abai dan justru telah menghamparkan karpet merah kepada ratusan TKA China telah membunuh kesempatan jutaan rakyat sendiri miskin dan bangkrut. Maka, jelas kita hanya bisa ambil Islam sebagai solusi, sebab kapitalisme tak punya konsep yang benar-benar baku selain menjajah dan mengeksploitasi itu sendiri. Wallahu a’ lam bish showab. [MG/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis