Kapitalisme Biang Kerusakan

Oleh : Hikmah, S.Pd

(Pemerhati Sosial dan Pendidikan)

 

Lensa Media News – Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin pepatah ini dapat mewakili kondisi yang dirasakan oleh masyarakat saat ini. Bagaimana tidak, karena sebelum wabah pandemi Covid-19, kondisi mereka sudah susah segala-galanya baik untuk mencukupi kebutuhan pokok maupun mendapatkan ketenangan hidup. Terlebih saat ini.

Apapun yang diberikan oleh penguasa selalu terkesan setengah hati, plin-plan dan tidak menyelesaikan masalah secara tuntas, apalagi di tengah-tengah wabah seperti saat ini sangat terlihat ketidakmampuan penguasa mengurusi rakyatnya sebagai mana ikhlasnya seorang ibu mengurusi anaknya.

Walaupun ada bantuan tapi sifatnya hanya pemanis sebagai penghibur lara setelah itu rakyat sengsara lagi. sebagaimana yang diberitakan Prokal.co Jum’at 1 mei 2020, “Sembako ini sudah mulai dibagikan. Tapi kami masih mendapat laporan dari warga yang belum terbantu,” kata Ketua Komisi IV Matnor. Dari 41 ribu warga miskin di Banjarmasin, sudah 20.315 kepala keluarga yang mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat. Sisanya diminta menunggu dan bersabar.

Senada dengan itu, pada Banjarmasin post, Senin 4 Mei 2020, Ketua Harian GTPP Covid-19 Kalsel, H. Abdul Haris menyatakan meski jumlah calon penerima bantuan sosial dari Pemerintah Provinsi belum final, pihaknya sudah menyiapkan beberapa skenario eksekusi bantuan sosial program jaring pengaman sosial tersebut.

“Bansos uangnya sudah ada, persoalannya kan data. Kami tidak ingin data itu tidak valid. Karena itu kami rekonsiliasikan dengan kabupaten/kota. Saya kemarin sudah perintahkan supaya hari ini sudah,” kata H Abdul Haris.

Masyarakat merasakan penderitaan di tengah sumber daya alam yang melimpah akibat pengelolaan yang keliru oleh penguasa. Berdalih karena ketidakmampuan mengelola maka sumber daya alam yang melimpah ini diserahkan ke pihak asing, sementara rakyat memikirkan kesusahan hidup masing-masing. Walaupun ada bantuan tapi tak mengubah mereka dari kemiskinan. 

Kesusahan rakyat terus berlanjut entah sampai kapan dan tak mungkin sistem kapitalis ini membiarkan masyarakat sejahtera, karena  sifatnya kapitalisme hanya menyejahterakan para kapital alias pemilik modal. Ditambah lagi di situasi pandemi Covid-19 saat ini masyarakat semakin susah, ekonomi negara karut marut, utang negara bertambah. Lengkap sudah penderitaan rakyat.

Semua ini bukan karena tuhan tak sayang hambanya tapi karena ulah tangan manusia itu sendiri sebagaimana firman Allah Q.S  Ar-Rum(30):41  yang artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Salah satu bentuk kegagalan negeri ini yang mengadopsi kapitalis bisa dilihat dari cara penanganan wabah yang lamban. Bahkan sejak awal masuknya wabah ini para penguasa menganggap remeh. Ketika wabah meluas baru mengambil kebijakan. Itupun dengan kebijakan yang berubah-ubah dan terkesan plin plan. Usulan lockdown dari para ahli kesehatan, tidak digubris oleh pemerintah.

Ditambah lagi, lambatnya bantuan sosial yang dijanjikan pemerintah kepada masyarakat terdampak Covid-19 akibat berbelitnya aturan. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Termasuk validitas data bahwa masyarakat calon penerima memang benar-benar yang terdampak. Padahal sejatinya, seluruh masyarakat pasti terdampak secara ekonomi. 

Namun, inilah negara Kapitalisme yang tak mempedulikan kesejahteraan rakyatnya. Negara hanya mau membantu jika dirasa perlu dan membawa manfaat bagi para pemilik modal. Dalam  Islam, kebutuhan seluruh rakyat baik muslim maupun non muslim harus dipastikan oleh negara terpenuhi orang per orang, tidak dibeda-bedakan dalam jaminan pemenuhannya dan tanpa birokrasi yang rumit. 

Baik dalam kondisi kehidupan normal, apatah lagi dalam kondisi wabah seperti ini. Harga nyawa seorang saja menjadi perhatian negara. Negara berfungsi sebagai perisai bagi rakyatnya. Dengan sistem ekonomi yang bebas riba, pengadaan baitul mal, dan pengelolaan sumberdaya alam yang benar yang pernah terbukti 13 abad lebih mampu menyejahterakan rakyatnya. Sudah saatnya kembali kepada aturan Islam yang memberikan rahmat bagi seluruh alam.

 

[ln/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis