Umat Gagal Paham Corona, di Mana Peran Negara?
Oleh: Sri Retno Ningrum
LensaMediaNews— Di tengah wabah covid-19 atau virus corona yang semakin menyebar di Indonesia, peran paramedis seperti, dokter dan perawat sangat diperlukan keberadaannya. Namun sangat disayangkan, paramedis justru ditakuti bahkan dizalimi oleh sebagian masyarakat yang gagal paham terhadap corona dan penyebarannya.
Dilansir dari Kompas.com 5/4/2020, Minarsih merupakan salah satu perawat di RSUD Gambiran, Kediri, Jawa Timur. Rumah sakit tersebut menjadi rujukan pasien covid-19. Dan semenjak dia menjadi perawat di ruang isolasi, tetangga dan rekan kerja menjaga jarak dengan dirinya.
Selain itu, dokter dan perawat di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur diusir dari tempat kos yang mereka sewa. Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fathimah (liputan 6.com 25/3/2020). Lebih parah lagi, penolakan pemakaman jenazah menimpa almarhumah Nuria Kurniasih.
Beliau adalah perawat di rumah sakit Kariadi, Semarang. Beliau meninggal dikarenakan menangani pasien covid-19. Pemakaman yang semula direncanakan di daerahnya di TPU Sewaktu, Ungaran Timur, Semarang dan sudah disetujui oleh pengurus RT tetapi sebagian warga menolak karena takut tertular virus tersebut. Akhirnya, pihak keluarga memindahkan pemakaman di belakang rumah sakit Kariadi, Semarang. (merdeka. com 10/4/2020).
Tentu hal ini sangat memprihatinkan, paramedis adalah pahlawan kesehatan bagi kita terlebih dalam menghadapi pandemi ini. Seharusnya mereka diberi dukungan dan penghargaan karena melaksanakan tugasnya dengan baik dan berani menanggung resiko hingga gugur dalam menjalankan tugas.
Seharusnya keberadaan paramedis di tengah masyarakat dijadikan kesempatan untuk mendapatkan informasi yang benar terkait covid-19. Terlepas dari itu, sejatinya virus corona dapat dicegah untuk masuk ke negara ini, ketika ada negara yang terpapar virus tersebut. Yaitu, negara menutup pintu masuk ke luar antar negara.
Namun hal itu tidak dilakukan negara. Sebaliknya, negara mengambil peluang dengan membolehkan WNA masuk untuk mengungsi dan berpariwisata sehingga negara mendapatkan devisa dari sektor pariwisata. Kemudian ketika ada 2 WNI di Depok terkena corona atau covid-19 negara lamban melakukan penanganan terhadap virus tersebut.
Negara pun tidak melakukan lockdown atau karantina wilayah terhadap wilayah itu dengan alasan tidak sanggup mencukupi kebutuhan hidup selama lockdown berlangsung. Hingga akhirnya, virus corona atau covid 19 menyebar diseluruh Indonesia. Penguasa pun terkesan plin plan mengambil kebijakan ketika virus corona sudah semakin banyak korban yang terpapar corona.
Kebijakan berkali-kali diganti penguasa mulai dari darurat sipil, darurat kesehatan hingga penguasa memilih PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk mengatasi corona. Begitulah potret buruk yang dihadapi rakyat selama sistem kapitalis-sekuler masih diterapkan di negara ini. Peran negara sangat minim dalam melindungi dan menyejahterakan rakyat apalagi ketika pandemi sedang terjadi.
Untung rugi menjadi patokan penguasa untuk mengambil kebijakan. Penguasa masih pikir-pikir bilamana menyangkut kepentingan rakyat tetapi bersegera mengikuti arahan para kapitalis untuk mengesahkan UU yang sudah dipesan dan menguntungkan kepentingan mereka. Berbeda dengan Islam, Islam memandang bahwa negara sebagai pelayan dan pengurus masalah umat.
Khilafah atau negara Islam akan memberikan kesejahteraan dan perlindungan kepada umat terlebih ketika pandemi. Pasa masa kepemimpinan Umar bin Al-Khaththab pernah terjadi wabah Thaun di negeri Damaskus. Negara segera memberlakukan lockdown di wilayah tersebut dan mencukupi segala kebutuhan warganya hingga pandemi berakhir.
Sementara warga daulah lainnya bisa beraktivitas sebagaimana biasanya. Mereka juga diberi edukasi terkait wabah tersebut. Keberadaan media dan tokoh umat berperan memahamkan umat terkait wabah tersebut beserta cara penanganannya. Sehingga masyarakat paham akan wabah tersebut. Tentu hal itu tidak akan kita temukan di sistem kapitalis-sekuler seperti sekarang ini.
Untuk itu, marilah kita mengganti sistem kapitalis-sekuler menjadi sistem Islam atau Khilafah. Dengan khilafah maka kesejahteraan dan rasa aman akan dirasakan oleh seluruh manusia baik muslim maupun non muslim. Begitu pula ketika pandemi terjadi, khilafah akan memberikan informasi secara benar dan jelas terkait pandemi sehingga masyarakat tidak mengalami gagal paham bahkan menyakiti orang lain. Wallahu’alam bishshowab. [LN/LM]