Mukmin Selalu Siap Hadapi Qadla Allah

Oleh: Ulfah Sari Sakti, SPi

(Jurnalis Muslimah Kendari)

 

LensaMediaNews – Bagi seorang mukmin, segala sesuatu yang terjadi dan menimpanya baik itu berupa peristiwa yang membahagiakan maupun sebaliknya akan diterimanya dengan rasa syukur dan sabar. Terkhusus dengan peristiwa yang tidak membahagiakan seperti terjadinya wabah covid-19 seperti saat ini, sebagai seorang mukmin tentunya kedua sikap tersebut menjadi pilihan kita dibanding kepanikan, seperti yang melanda negara-negara di dunia tidak terkecuali Indonesia.

Merebaknya kasus corona di Indonesia tak dipungkiri membuat beberapa orang mengalami pembelian panik atau panic buying. Ketua Pusat Krisis (Universitas Indonesia) UI, Dicky Palupessy mengungkapkan perilaku membeli barang secara berlebihan dalam satu waktu atau panic buying di tengah merebaknya wabah virus corona (covid-19) didasari oleh kecemasan yang tinggi.

Kata dia, hal itu merupakan gejala perilaku setiap manusia yang memang dikaji dalam disiplin ilmu psikologi. “Merebaknya virus corona mengakibatkan kita kehilangan untuk mengendalikan perasaan diri atau kehilangan sense of control. Dalam kondisi kehilangan sense of control, maka membeli secara berlebih itu mekanisme psikologis,” kata Dicky. (CNNIndonesia, 22/3/2020)

Di sisi lain akibat mewabahnya covid-19, membuat MUI menerbitkan fatwa No. 14 Tahun 2020 tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi terjadi wabah covid-19. Ada 9 ketentuan hukum yang mendasari fatwa ini. Salah satunya berbunyi bisa meninggalkan salat Jumat apabila seseorang berada di kawasan yang potensi penularannya tinggi.

Menurut Habib Usman bin Yahya, adanya anjuran untuk menjalankan ibadah di rumah tertulis dalam hadits diperbolehkan. Itu dikarenakan adanya rasa takut atas jiwa, harta dan keluarga.

Dia juga menjelaskan salat Jumat adalah sebuah kewajiban. Akan tetapi, dengan adanya bahaya Corona yang dianggap berbahaya, Habib Usman juga memberikan penjelasan untuk mengerjakannya. “Salat Jumat itu azimah, kewajiban yang harus ditunaikan dan Rasulullah pernah melarang keluar ketika hujan besar, berlumpur dan licin. Salat Jumatnya diganti dengan salat Zuhur empat rakaat,” tuturnya. (detikHot, 18/3/2020)

Karena semakin bertambahnya kasus covid-19, masjid pun ditutup. Atas hal ini Ustad Abdul Somad (UAS) berkomentar bahwa ada sebagian orang mengatakan risau, kenapa masjid ditutup, kenapa mal tidak? Kenapa masjid ditutup, kenapa airport tidak? Kenapa masjid ditutup kenapa bioskop tidak,” ucap UAS.

Ia melanjutkan itu tidak serta merta lalu kita berkata, kalau begitu masjid jangan ditutup. Yang tepat itu tidak begitu. “(yang tepat) tidak berkerumun di mall,” lanjutnya. Jangan sampai ketika (ada) orang ditanya, kamu tidak shalat Jumat. (TribunStyle.Com, 22/3/2020)

 

Mukmin Tidak Panik Hadapi Covid-19

Sebagai seorang mukmin, tentunya kita selalu bersyukur saat mendapatkan nikmat dan bersabar saat mendapatkan musibah, tidak terkecuali ketika merebaknya wabah covid-19 seperti saat ini. Sikap ini timbul karena didasari adanya keimanan akan qadla Allah SWT. Hal ini berbeda dengan masyarakat kapitalis dan sosialis yang panik menghadapi wabah ini.

Dari Shuhaib bin Sinan ra, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda, ” Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur ; maka itu adalah kebaikan baginy, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”

Karena itu, sudah selayaknya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, tidak panik atas kondisi yang terjadi saat ini. Masyarakat harus tetap waspada dan mengikuti anjuran pemerintah, guna memutus mata rantai penyebaran covid-19 ini.

Ingatlah virus corona (covid-19) juga merupakan makhluk ciptaan Allah SWT, dan wabah ini terjadi atas izin / kehendak Allah SWT (qadla), karena pasti ada hikmah dari munculnya wabah ini. Semua ini menujukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT dan manusia hanyalah makhluk yang lemah.

Karena itu kita harus rida atas qadla Allah ini, karena dengan sikap rida maka kita akan mendapatkan pahala. “Sesungguhnya (wabah) tha’un itu adalah siksa yang dikirim Allah kepada orang yang dikehendakiNya. Kemudian Allah menjadiaknnya rahmat bagi orang-orang yang beriman. Karena seorang hamba yang tinggal di negerinya yang tengah terjangkit tha’un, lalu ia bersabar dan mengharap ridho Allah, maka ia akan mendapatkan seperti pahala orang yang syahid.” (HR. Bukhari).

Selain itu, kita pun harus berikhtiar. Adapun ikhtiar yang dapat kita lakukan yaitu dengan menjaga jarak, menghindari kerumunan, tetap di rumah saja, rajin mencuci tangan, menggunakan masker jika sakit/berada di keramaian, mengkonsumsi makanan bergizi serta berjemur di sinar matahari pukul 10.00 pagi.

Tidak kalah pentingnya semua pihak berdoa dan melakukan pertaubatan atas pelanggaran hukum-hukum Allah SWT. Setelah semua itu kita lakukan, sebagai seorang mukmin, kita pun patut bertawakal kepada Allah SWT, semoga wabah covid-19 ini segera teratasi, sehingga aktivitas keseharian dapat berjalan normal sebagaimana mestinya.

Wallahu’alam bishowab.

 

[hw/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis