Kesetaraan Gender Merusak Generasi

Oleh: Ummu Layyin

 

LensaMediaNews – Kesetaraan gender menyebabkan peran mencari nafkah tidak lagi di pundak laki-laki. Para perempuan bersaing dengan laki-laki di dunia kerja. Bahkan saat kebutuhan ekonomi tidak bisa dipenuhi, menjadi buruh migran menjadi salah satu alternatif yang menggiurkan. Ada janji-janji upah tinggi sehingga diminati, dan juga karena sempitnya lapangan kerja dalam negeri. Buruh  migran perempuan yang banyak dicari. Jadilah banyak perempuan yang ke luar negeri, meninggalkan anak-anaknya tanpa pengasuhan ibu lagi.

Kelompok belajar untuk anak-anak buruh migran mudah dijumpai di Desa Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur. Berdasarkan penelitian Yayasan Tunas Alam Indonesia (Santai) tahun 2015, di desa tersebut terdapat lebih dari 350 anak (0-18 tahun) yang ditinggal oleh ibu atau bapak dan bahkan keduanya untuk bekerja di negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Hong Hong dan negara-negara Timur Tengah. Jumlah yang hampir sama juga ditemukan di desa tetangganya, Lenek Lauk (Bbc.com, 06/03/2017).

Sungguh miris nasib anak-anak ini. Mereka ditinggal orang tuanya bertahun-tahun. Tanpa pengasuhan orang tua, apalagi ibu, pasti akan memengaruhi tumbuh kembangnya. Maka wajar jika kemudian saat ini kita saksikan problem generasi yang kian akut.

Inilah solusi dari ide kesetaraan gender dalam mengentaskan kemiskinan. Yaitu pemberdayaan perempuan di sektor ekonomi. Perempuan didorong untuk bekerja. Hingga muncul image perempuan sukses itu jika dia adalah seorang pekerja yang menghasilkan pundi-pundi rupiah, dan akan merasa terhina jika hanya sebagai ibu rumah tangga.

Masa depan bangsa menjadi taruhannya. Karena, tanpa peran ibu dalam pengasuhan dan pendidikan anak, akan tercetak generasi rapuh dan bermasalah. Saat ini bisa kita buktikan, betapa masalah generasi terus terjadi. Kasus pornografi dan pornoaksi, tindak asusila, terlibat tawuran, terlibat narkoba, dan lainnya.

Berbeda dengan apa yang telah diajarkan dalam Islam tentang pembagian peran yang jelas dalam keluarga. Pencari nafkah adalah laki-laki dan tidak akan pernah dialihkan ke perempuan. Apapun kondisinya, laki-laki adalah pihak yang menanggung nafkah. Jika ada kondisi seorang suami yang tidak punya pekerjaan, maka negara wajib menyediakan lapangan kerja. Jika suami tidak mampu bekerja karena sakit misalnya, maka nafkah dialihkan ke kerabat terdekat yang mampu. Jika tidak memiliki kerabat maka negaralah yang wajib menjamin hidup keluarga tersebut.

Perempuan dalam Islam sangat dimuliakan. Tugasnya adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Mengasuh dan mendidik anak terutama anak balita, adalah tugas utamanya. Tidak boleh ditinggalkan dan diabaikan. Sehingga dengan penerapan ajaran-ajaran Islam ini akan tercetak generasi rabbani. Generasi calon pemimpin bangsa yang tangguh.

Masihkah percaya pada kesetaraan gender? Yang sebenarnya adalah penghancur generasi dan bangsa. Serta tidak akan pernah mampu menghapus kemiskinan.

Wallahu a’lam bishshawab.

 

[ah/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis