Mempersiapkan Anak Menyambut Akil Baligh
Oleh: Sri purwanti, Amd. KL
(Pegiat Literasi, Penulis Bela Islam)
Parenting- Rasulullah saw. Bersabda: “Diangkatkan tiga pena (tidak dibebani hukum) atas (tiga kelompok manusia) yaitu anak-anak hingga baligh, orang tidur hingga bangun, dan orang gila hingga sembuh.” (HR Abu Dawud).
Kutipan hadis di atas menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap proses untuk mempersiapkan anak-anak memasuki usia akil baliqh, karena pada masa itu mereka sudah terkena taklif hukum. Akil adalah kemampuan memahami standar halal haram, baik buruk, benar salah serta memahami kewajiban mereka sebagai anggota masyarakat dan bagian dari umat. Sementara baligh adalah fase ketika semua organ reproduksi sudah berfungsi, anak laki-laki ditandai dengan mimpi (ihtilam) sementara anak perempuan ditandai dengan mendapatkan menstruasi, mereka juga mulai tertarik kepada lawan jenis, memiliki emosi yang cenderung meledak-ledak. Pertanyaanya kapan kita harus mulai mempersiapkan mereka memasuki masa akil baligh?
Mendidik anak bukan pekerjaan yang mudah, kita memerlukan kesabaran dan seni khusus untuk mengambil hati mereka, sehingga perlu kerjasama yang baik antara ayah dan ibu.
Dalam Islam, mendidik anak bukan semata-mata menyiapkan masa depan mereka agar sukses dalam mengarungi kehidupan tetapi untuk membentuk pola pikir dan pola sikap yang Islami (syakhsiyah Islamiyah) sehingga kelak mereka akan menjadi generasi khairu ummah. Mempersiapkan usia balig bisa dimulai sejak usia tujuh tahun atau yang dikenal fase pra baligh.
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua:
1. Merangsang proses berfikir mereka sehingga mampu mengimani keberadaan Allah, memahami kelemahannya sebagai manusia, juga mengimani keberadaan Rasulullah dan perannya dalam mendidik dan menyempurnakan akhlak. Anak juga mampu mengimani Alquran dan menjadikannya sebagai pedoman hidup, sehingga akan terbentuk akidah yang kuat. Dengan begitu anak akan senatiasa terikat kepada hukum syara dalam setiap aktivitasnya.
2. Membiasakan mereka untuk melaksanakan kewajiban dengan tepat waktu, misalnya senantiasa salat berjamaah, untuk anak laki-laki diusahakan berjamaah di masjid.
3. Mengajarkan pengetahuan tentang tanda-tanda baligh sehingga anak siap secara fisik dan psikis ketika fase itu tiba, karena mereka telah memahami apa yang akan terjadi pada fase itu dan konsekuensinya.
4. Membekali anak dengan adab islami, baik terhadap orang tua, guru, kawan dan tetangga. Orang tua juga mulai mengenalkan batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan (nizham ijtimai), serta menjelaskan dampak dari pergaulan yang campur-baur dalam kehidupan umum.
5. Membekali anak dengan keterampilan hidup yang bisa membuatnya mandiri. seperti memasak, mencuci dan menyetrika pakaian, dan merapikan rumah.
Orang tua juga perlu membekali mereka dengan keterampilan fisik yang akan menjaga kebugaran tubuh serta memperkuat fisiknya, seperti berenang, berkuda, bela diri serta panahan.
6. Melatih konsep berfikir anak dengan mengajak diskusi dan memberi analisis tentang problematika umat serta solusinya dalam pandangan Islam.
7. Membekali mereka dengan IPTEK, orang tua perlu mengenalkan manfaat teknologi sehingga anak bisa bijak mengunakannya.
Orang tua mengarahkan anak supaya mereka memanfaatkan teknologi untuk memperlancar syiar Islam.
8. Melatih tanggung jawab, keberanian serta jiwa kepemimpinan. Anak- anak adalah pewaris tongkat estafet perjuangan sehingga mereka harus dipersiapkan untuk menjadi pemimpin pada masa yang akan datang. Mengenalkan anak dengan tanggung jawab dalam setiap aktivitas sesuai dengan pola pikir dan pola sikap yang Islami akan semakin memperkuat syaksyiah mereka.
Anak-anak yang memiliki akidah kuat serta memahami tanggung jawabnya sebagai seorang muslim insyaAllah akan mejadi generasi, cemerlang yang kelak akan melanjutkan perjuangan untuk menerapkan Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallahu a’lam bish shawab
[el/LM]