Menjadikan Islam sebagai Solusi Hakiki
Oleh: Candra Windiantika
LensaMediaNews – Belum lama ini Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi membuat publik gaduh dengan penyataannya bahwa musuh terbesar Pancasila adalah agama. Sebagaimana dikutip dari detik.com(12/02), ia mengatakan bahwa belakangan ini ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan Pancasila, seperti membuat Ijtima Ulama untuk menentukan calon wakil presiden. “Si minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan”, papar Yudian.
Belakangan, ia merevisi pernyataannya karena merasa pernyataannya dikutip secara tidak utuh. Ia tidak bermaksud untuk mempertentangkan agama dengan pancasila. Namun publik sudah terlanjur gaduh, pernyataannya blunder dan mendapat bantahan dari berbagai pihak. Bahkan dari m.cnnindonesia.com(12/02) memberitakan, bahwa Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengkritik Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi dan mendesak Presiden RI Joko Widodo mencopot Yudian yang baru saja dilantik itu.
Menyatakan musuh terbesar pancasila adalah agama sangat tendensius. Meskipun tidak menyebut agama apa, namun dari pernyataan sebelumnya seperti yang dikutip dari detik.com (12/02) sudah menyinggung Islam. Mempertentangkan Pancasila dengan agama sejatinya sudah menghianati Pancasila itu sendiri, yaitu sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa.
Selama ini, siapakah yang paling berhak menafsirkan Pancasila? Karena, Pancasila selalu diterjemahkan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Padahal kebanyakan orang masih belum mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Seperti korupsi, membuat kebijakan yang menguntungkan pemodal, hukum yang tumpul keatas namun tajam kebawah, dll. Apakah hal tersebut sesuai dengan Pancasila?
Didalam pandangan Islam jika seseorang tidak bisa berbicara yang mengandung manfaat lebih baik diam. Rasulullah bersabda yang artinya “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang terbaik atau diam.” (H.R. al-Bukhori dan Muslim). Maka hendaknya seseorang harus berfikir dahulu sebelum berkata. Jika perkataannya diperkirakan akan membawa manfaat maka boleh berbicara. Jika perkataannya membawa mudhorot maka lebih baik diam.
Sejatinya apa yang keluar dari lisan seseorang sesuai dengan pemikiran dan kepribadiannya. Membenturkan agama dengan negara adalah cara berfikir seorang sekularis. Menyebarkan paham sekuler adalah usaha menjauhkan syariat dari berbagai aspek kehidupan umat Islam.
Hampir semua orang tahu bahwa Ideologi yang berkuasa sekarang adalah Ideologi kapitalisme dengan asas sekuler. Kapitalisme sekuler adalah paham pemisahan agama dari kehidupan. Meskipun masih mempercayai adanya sang pencipta maupun kehidupan setelah mati, namun kapitalisme sekuler adalah Ideologi yang bersumber dari pemikiran manusia. Yang mana manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan.
Berbeda dengan Kapitalisme, Islam adalah adalah agama yang sempurna. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Bukan hanya mengatur tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan orang lain. Islam adalah sebuah Ideologi. Namun, pada kenyataannya saat ini Islam hanya dianggap sebagai agama ritual. Islam ada di dalam urusan yang menyangkut ibadah, tapi tidak untuk urusan pendidikan, ekonomi, dan pergaulannya.
Islam merupakan satu-satuya ideologi yang sahih. Ideologi ini bersumber dari wahyu Allah SWT sehingga menjadi satu-satunya yang layak untuk diambil dan diterapkan bagi manusia. Hakikat kehidupan manusia adalah berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Sudah seharusnya kita menjalankan perintah Allah, termasuk mengambil Islam sebagai satu satunya solusi yang hakiki.
[el/LM]