Perbaikan Jalan yang Tak Kunjung Terealisasi

Oleh: Kunthi Mandasari

 

LensaMediaNews – Memasuki musim penghujan setiap pengendara jalan harus ekstra waspada. Pasalnya air yang menggenang kerapkali menyamarkan keberadaan jalan yang berlubang. Alhasil, jika tidak hati-hati bisa mengalami kecelakaan.

Seperti yang dialami dua desa di Nganjuk. Sebagaimana dikuti dari radarkediri.jawapos.com, yang mengeluhkan jalan akses utama mereka rusak hingga 85 persen. Tak hanya aspal yang mengelupas, tetapi juga berlubang dan becek ketika diguyur hujan. Pengajuan perbaikan jalan sudah dilakukan sejak tahun 2013, tetapi hingga kini tak kunjung ada perbaikan. Padahal jalan tersebut adalah akses utama menuju ke kota.

Akibat dari jalanan rusak ini, membuat warga desa yang berada paling barat mengalami terbelakang. Sebab tak ada yang mau ke sana lantaran kondisi jalan rusak parah. Selain itu berdampak pula pada pelayanan, karena untuk menuju ke kantor lurah harus menempuh waktu 1 jam meskipun jaraknya cukup dekat. Bahkan pernah ada kejadian lahir di jalan karena waktu yang lama menuju faskes di kota.

Jalan merupakan fasilitas umum yang memiliki fungsi vital. Keberadaannya mempermudah aktivitas distribusi maupun pelayanan. Merupakan sebuah keharusan, jika setiap daerah memiliki akses jalan yang mulus guna menunjang kemajuan. Namun, keberadaan jalan mulus di tengah penerapan sistem ekonomi kapitalis sangat utopis.

Ekonomi kapitalis selalu mengutamakan keuntungan di atas segalanya. Jika sebuah negara menganut ekonomi kapitalis, bukan fasilitas umum yang menjadi prioritas utama. Namun, para investor yang telah mengucurkan dana. Alhasil pembangunan tol yang bisa mendatangkan keuntungan marak dikerjakan. Meskipun tak sedikit dari tol tersebut yang akhirnya melayang akibat gagal bayar.

Dalam Islam, jalan merupakan infrastruktur umum. Oleh karenanya pengelolaannya harus dilakukan oleh negara dan dibiayai dari dana milik umum. Adapun sumber pendanaannya meliputi minyak bumi, gas dan barang tambang yang jumlahnya sangat banyak, laut, sungai, mata air, lapangan, hutan belukar, padang gembalaan.

Meskipun pendanaan dalam Islam telah dialokasikan, tetap diperlukan pemimpin yang amanah. Seorang pemimpin dalam Islam bertugas sebagai pelayan umat. Dengan penuh kesadaran bahwa setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya. Sehingga tidak mudah melalaikan amanahnya.

Sebagaimana khalifah Umar bin Al-Khattab ketika mendapat kabar jalan di Irak mengalami kerusakan. Beliau memutuskan untuk segera memperbaikinya. Meskipun kota Irak memiliki jarak yang jauh dari pusat ibukota yakni Madinah. Beliau bukan hanya takut bahaya yang menimpa manusia akibat kerusakan jalan, tetapi juga memikirkan jika keledai yang terperosok akan dimintai pertanggungjawaban.

Sudah selayaknya Islam sebagai agama yang sempurna diterapkan untuk mengurusi kehidupan. Bukan hanya digunakan sebagai formalitas dalam kartu tanda pengenal, pernikahan, kematian atau sekedar diambil dari segi keuntungan. Karena sesungguhnya dengan penerapan Islam akan mendatang kemaslahatan seperti yang telah terukir dalam sejarah.

Wallahu’alam bishshawab.

 

[ln/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis