Palestina Milik Kaum Muslim
Oleh: Astriani Lydia, S.S
(Aktivis komunitas Parenting Ibu Tangguh Bekasi)
LensaMediaNews— Perdana Menteri Israel mengatakan pemerintahnya mulai merevisi peta Tepi Barat dan memasukkan sejumlah wilayah yang dianeksasi. Langkah ini dilakukan setelah Presiden AS Donald Trump merilis “kesepakatan” untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Benyamin Netanyahu mengatakan wilayah dalam peta baru itu akan menjadi kedaulatan Israel, menurut harian Yedioth Ahronoth. Termasuk pemukiman illegal di Tepi Barat dan wilayah Agvar, ujar Netanyahu.(https://www.aa.com, 09/02/2020)
Presiden Trump memaparkan rencana perdamaian Timur Tengah dan memperingatkan prakarsanya itu mungkin merupakan peluang satu-satunya bagi Palestina untuk meraih kemerdekaan sejati. “Visi saya menghadirkan peluang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, solusi dua Negara yang realistis,” kata Trump kepada para pejabat dan wartawan di Gedung Putih. Berdasarkan rencananya ini, Yerusalem akan tetap menjadi ibukota Israel saja, yang keamanannya akan dijamin dalam kesepakatan. Dikatakan oleh Trump, rencana perdamaian itu juga akan menawarkan pihak Palestina wilayah berdampingan bagi Negara itu dan juga bantuan keuangan dalam jumlah besar, dengan syarat Palestina memenuhi sejumlah tuntutan. Ketika berbicara di samping Trump, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel harus memiliki kedaulatan di Lembah Yordania. (bbc.com/indonesia, 28/01/2020)
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak rencana Trump tersebut dan menyebutnya sebagai “konspirasi”. “Saya katakan kepada Trump dan Netanyahu: “Yerusalem tidak untuk dijual, semua hak kami tidak untuk dijual dan tidak untuk tawar-menawar,” kata Abbas dalam pidato yang disiarkan televisi dari Ramallah di Tepi Barat. Sementara para pejabat Hamas, kelompok utama Palestina di wilayah Gaza, menyebut usulan itu tidak masuk akal. Hamas mengatakan Presiden Trump berusaha melikuidasi proyek nasional Palestina. Pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya, juga menolak usulan agar ibu kota Palestina berada di Yerusalem Timur yang diduduki Israel. (bbc.com/indonesia, 28/01/2020)
Tidak aneh memang, Israel dan sekutunya senantiasa mengganggu Palestina. Tahun 1892 sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab dengan memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina. Mendengar jawaban seperti itu, kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan. Berikutnya tahun 1896 Theodor Herzl (Tokoh Zionis yang diberi gelar Bapak Yahudi Dunia) memberanikan diri untuk kembali menemui Khalifah Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di al-Quds. Permohonan itu kembali dijawab Khalifah, ”Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri.’‘
Persoalan Palestina bukan pula persoalan pemberian kemerdekaan bagi bangsa Palestina dan pemberian teritorial sendiri yang terpisah dengan negara Yahudi. Persoalan Palestina bukan pula persoalan batas negara dan pengakuan kedaulatan negara Palestina. Persoalan Palestina adalah persoalan perampasan, pendudukan, dan penjarahan tanah milik kaum Muslim oleh orang kafir; sama seperti yang terjadi di India, Rohingya, Asia Tengah, Kaukasus, dan lain-lain. Maka tiada lain yang dapat melindunginya hanya Daulah Khilafah Islamiyah. Sebagaimana pesan Khalifah Abdul hamid II kepada Hertzl, ”Nasihati Mr Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”
Tugas kita bersama untuk mengembalikan kembali Khilafah Islamiyah, Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya seorang imam (khalifah) adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggungjawab atasnya“ (HR. al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad). Wallahu a’lam bishshawab. [RA/LM]