Islam Solusi, Bukan Musuh Negeri

Oleh : Deny Rahma

(Komunitas Setajam Pena)

LensaMediaNews – Beberapa waktu yang lalu Presiden Joko Widodo melantik Kepala BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) yang baru di Istana Negara, Jakarta. Kepala BPIP ini sebelumnya bekerja sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga, dia adalah Yudian Wahyudi. Dan beberapa bulan yang lalu Yudian Wahyudi sempat viral dikarenakan kontroversi yang ditimbulkannya terkait desertasi yang beliau luluskan berjudul “Konsep Milk Al Yamin Muhammad Syahrur sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Nonmarital” karya Abdul Aziz. Hasil penelitian Saudara Abdul Aziz terhadap konsep milk al-yamin Muhammad Syahrur yang membolehkan hubungan seksual di luar pernikahan atau bahasa umumnya yakni penghalalan zina.

Tak hanya itu saja, ketika dia menjabat sebagai rektor juga sempat membuat kebijakan melarang penggunaan cadar bagi mahasiswi di UIN Sunan Kalijaga. Beliau beralasan pelarangan itu demi menjaga ideologi Pancasila mahasiswa UIN Kalijaga serta memudahkan kampus dalam kegiatan belajar mengajar. Bahkan yang terbaru Yudian Wahyudi tengah menjadi sorotan publik terkait pernyataannya soal agama adalah musuh terbesar Pancasila.

Yudian pun mengklarifikasi soal pernyataannya tersebut. Menurut Yudian penjelasannya yang dimaksud adalah bukan agama secara keseluruhan, tapi mereka yang mempertentangkan agama dengan Pancasila.  Karena, menurutnya dari segi sumber dan tujuannya Pancasila itu religius atau agamis. “Karena kelima sila itu dapat ditemukan dengan mudah di dalam kitab suci keenam agama yang telah diakui secara konstitusional oleh negara Republik Indonesia,” tegas Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (republika.co.id, 12/02/2020).

Dari rekam jejak beliau, sudah selayaknya jabatan yang dinilai penting tersebut tidak diberikan kepada seseorang yang menuai banyak kontroversi yang semuanya bertolak belakang dengan apa yang Islam ajarkan, namun Presiden malah mengangkatnya sebagai kepala BPIP dan bahkan pemerintah saat ini mendukung beliau dengan apa yang telah beliau ucapkan. Terbukti dari beberapa pernyataan – pernyataan menteri yang seolah melindungi beliau dari kontroversi tersebut.

Apakah layak negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam dipimpin oleh orang–orang yang menghinakan ajaran Islam yang notabene mereka juga adalah beragama Islam? Bahkan Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga mengatakan bahwa khatib harus bersertifikat dan memiliki komitmen kebangsaan karena posisinya sebagai penceramah akan berpengaruh pada cara berpikir, bersikap, dan bertindak dari umat Islam. “Khatib itu omongannya betul-betul harus membawa kemaslahatan. Makanya perlu ada sertifikasi khatib, yang bacaannya benar, komitmennya benar, diberi sertifikat. Nanti Ikatan Khatib DMI (Dewan Masjid Indonesia) mempertanggungjawabkan itu,” kata Ma”ruf Amin saat membuka Rakernas II dan Halaqah Khatib Indonesia di Istana Wapres Jakarta (mediaindonesia.com, 14/02/2020)

Dari Pernyataan-pernyataan ini menegaskan bahwa mereka yang menduduki jabatan penting dalam pemerintahan telah dirasuki oleh ideologi sekular, sehingga apa yang mereka perbuat dan ucapkan bertolak belakang dengan syariat Islam. Padahal Islam jelas adalah agama yang sempurna dan paripurna mengatur seluruh kehidupan manusia di muka bumi ini tak terkecuali urusan pemerintahan. Islam adalah solusi atas masalah–masalah yang ada di negeri ini. Islam juga akan membawa kemaslahatan bagi umatnya ketika mereka berpijak pada aturan dan meninggalkan seluruh larangannya.

Namun, berbeda jauh dengan rezim sekular, ia akan selalu menempatkan Islam sebagai musuh karena sekularisme dengan Islam tidak akan pernah bisa bersatu karena memang aturan Sang Pencipta tak akan pernah pantas disandingkan dengan aturan yang dibuat oleh makhlukNya. Bahkan aturan yang dibuat manusia ini lebih diagung–agungkan oleh pengikutnya, umat yang beragama Islampun tak luput dan ikut dalam arus sekularisme yang bahkan ideologi ini tidak akan bisa berkompromi dengan Islam.

Ketika Islam ditegakkan maka akan tercapai berbagai tujuan diantaranya: pertama, agama akan terpelihara sehingga tak akan ada yang berani melecehkan dan menghinakan ajarannya karena telah terjadi penjagaan oleh negara. Kedua, Islam mengatur urusan umat/rakyatnya tanpa membeda–bedakan individu satu dengan yang lainnya dengan menerapkan hukum yang tegas.

Ketiga, menjaga negara dan umat/rakyatnya dari orang–orang atau negara lain yang mengancam kedaulatan negara. Keempat, menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Kelima, menjaga kerukunan antar umat/rakyatnya yang berbeda keyakinan dengan cara yang sangat adil.

Maka, jelas sudah seharusnya aturan Islamlah yang harus menjadi pondasi negeri ini sehingga ketika aturan islam dijalankan maka tak ada satupun orang yang berani mengatur, menghina bahkan melecehkan apa yang sudah Islam ajarkan dan Islam atur.

Wallahu’alam bishowab.

 

[hw/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis