Halaqoh Cinta, Agar Cinta Tak Jadi Salah

Reporter: Ayu

 

Reportase – 9 Februari 2020, Forum Kajian Mahasiswa Islam (FKMI) bekerja sama dengan Forum Studi Pemuda dan Remaja Islam Maros (FS-PRISMA) menggelar acara spesial di bulan Februari yakni ‘Halaqoh Cinta’.

Acara yang digelar di Aula Masjid Al-Markaz Al-Islami Maros tersebut, dihadiri oleh para pemuda dan remaja, baik pelajar maupun mahasiswa dari Kabupaten Maros, Pangkep dan Makassar. Acara ini mengangkat tema “Agar Cinta Tak Jadi Salah”.

Peserta mulai berdatangan pada pukul 08.00 WITA dan disambut hangat oleh panitia dan penampilan nasyid. Acara ini diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Muhammad Syahrul. Selanjutnya sambutan-sambutan dari Ustaz Didin Jahidin, S.Pd selaku ketua panitia, kemudian sambutan ustaz Harianto, S.Pd selaku pembina FS-Prisma, dan sambutan Ketua Lembaga Pengkajian & Pengembangan Agama Islam (LP2AI) Universitas Muslim Maros, Dr. Mastur Muin, M.Ag.

Kemudian acara inti yaitu pemaparan materi oleh Ust. Heri Al fatih, beliau adalah motivator muda dan salah satu trainer dari yuk Ngaji Makassar. Heri Al Fatih mengawali materinya dengan melontarkan pertanyaan pada peserta tentang apa itu cinta. Mendapat pertanyaan seperti itu, para peserta terlihat antusias ingin menjawab.

Berbicara masalah cinta sepertinya selalu menjadi hal menarik diperbincangkan oleh para remaja. Menurut pemateri, banyaknya kasus remaja atau pemuda 90℅ masalahnya  tentang cinta. Perilaku pacaran, seks bebas, hingga bunuh diri, semuanya mengatasnamakan cinta. Lantas apakah cinta itu salah?

Sejatinya Cinta itu fitrah dari Ilahi, namun banyak yang menodai kesucian cinta itu. Di antara jenis penodaan cinta adalah perayaan hari Valentine yang diperingati setiap 14 Februari sebagai hari kasih sayang. Padahal  jika melihat sejarah valentine bukanlah hari kasih sayang, melainkan hari penodaan cinta.

Maka tak heran, jika perayaan valentine selalu dibumbui dengan perilaku maksiat yang mengatasnamakan cinta. Selain itu perayaan hari valentine bukanlah bagian dari perayaan umat Islam, maka dengan ikut-ikutan merayakannya adalah haram, karena termasuk perkara tasyabbuh (menyerupai)  agama tertentu.

Selanjutnya, pemateri menekankan bahwa Allah tak pernah mengharamkan cinta, tapi Allah mengaturnya agar penyaluran cinta itu benar jalannya. Maka saatnya pemuda dan remaja Islam untuk meraih cinta yang hakiki, tinggalkan cinta yang salah dan sibukkan aktivitas dengan memantaskan diri. Cinta itu tidak pernah meminta untuk menanti, kalau siap, halalkan, kalau belum siap, maka ikhlaskan.

Di akhir pernyataan, pemateri mengajak para peserta yang masih menjalani cinta yang salah (pacaran) agar segera memutuskan. Dan mulai penuhi hari-hari dengan ketaatan dengan mengikuti kajian rutin 2 jam setiap pekan. Sudah saatnya kita sebagai pemuda berbicara cinta pada perjuangan dakwah menegakkan kehidupan Islami,  mencintai apa yang Rasulullah SAW cintai, dan membela apa yang Rasulullah bela. Allahu Akbar!

Dengan semangat pekikan takbir para peserta,  acara diakhiri dengan penutupan doa-do’a bersahaja dan ucapan hamdalah, kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama.

Wallahua’lam bish-Showab.

 

[ln/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis