Virus Corona Menyerang Cina
Oleh : Anna Ummu Fadan
(Ibu Rumah Tangga di Bantul Yogyakarta)
LensaMediaNews – Wuhan, nama kota terpadat di pusat ibukota Tiongkok. Setidaknya ada 11 juta jiwa hidup di sana. Kali ini Wuhan menjadi sangat mengerikan, karena mayat-mayat bergeletak. Kota itu kini menjadi kota mati seperti “Zombi”. Wuhan diisolir oleh penguasa Tiongkok. Semua akses jalan telah ditutup. Bus, kereta api, bahkan pesawat terbang; semuanya dilarang bergerak. Virus Corona-lah pangkal soalnya. Setidaknya 570 manusia telah terinfeksi. Dan 17 orang telah meninggal karenanya. Para ahli menyamakan Corona dengan SARS yang pernah mewabah sekitar 2002-2003. (Kompas.com 30/1/2020)
Banyak yang berucap bahwa wabah yang terjadi di kota Wuhan Cina, adalah azab dari Allah SWT. Dimana Cina telah melakukan kekejaman pada muslim Uighur. Maka melaui tangan Sang Ilahi virus Corona hanyalah “sebaris pesan” dari-Nya untuk mengingatkan. Dalam hitungan detik sudah banyak rakyat Wuhan porak-poranda karena virus Corona.
Lalu apa penyebabnya? Para peneliti menduga virus ini berasal dari hewan. Kebiasaan warga Cina menyantap sup kelelawar diduga biang dari menyebarnya virus Corona. Ditularkan dari binatang ke manusia. Menurut Reuters, sebelumnya virus Corona jenis baru ini ditemukan berasal dari Wuhan. Dikatakan bahwa virus ini berasal dari pasar yang menjual satwa liar secara ilegal. Temuan lainnya juga berspekulasi bahwa virus Corona ini berasal dari ular. Dilansir CNA, baru-baru ini peneliti juga menduga bahwa ular yang terinfeksi virus ini, makan kelelawar liar.
Dugaan ini juga diperkuat Gao Fu, Direktur Jenderal Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok. Ia mengatakan bahwa virus baru ini hampir 70 persen mirip dengan virus SARS. Virus SARS ini ditemukan berasal dari kelelawar. Selain itu, Pasar Ikan Huanan, yang diduga jadi titik nol penyebaran virus Corona juga menjual keduanya; baik ular dan kelelawar.
Pasar Ikan Huanan ini punya lebih dari 100 jenis daging hewan yang dijual. Selain kelelawar dan ular, ada pula anjing, landak Cina, buaya, tikus, anjing, koala, hingga salamander raksasa. Sebagian besar masyarakat Cina memang menganggap hewan-hewan tersebut sebagai daging eksotis untuk hidangan lezat.
Cina yang notabenenya menganut sosialisme tidak mengakui adanya Sang Pencipta. Maka tak heran bahwa persoalan makanan, Cina tidak memiliki tolak ukur. Apapun makanannya, mereka santap asalkan enak dan lezat. Berbeda dengan Islam. Islam memandang bahwa segala sesuatu terikat dengan aturan Sang Pencipta. Baik itu berupa makanan, ibadah, pakaian, pemerintah, pendidikan, kesehatan dll.
Dari fenomena Cina kita bisa dapati bahwa dalam persoalan makanan benar-benar harus kita jaga. Harus jelas tolak ukurnya yaitu halal dan haram. Firman Allah SWT, ” Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. “
(Q.S Al -Maidah:3)
[hw/LM]