HIV/AIDS Merajalela, Liberalisme Biangnya
Oleh: Novia Listiani
(Anggota Revowriter)
LensaMediaNews – Jumlah pasien HIV/AIDS di Kabupaten Pringsewu, Lampung cukup mengejutkan. Sebanyak 105 orang sedang menjalani pengobatan di Layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) RSUD Kabupaten Pringsewu di Klinik Bambu Asih RSUD Pringsewu. Ironisnya, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, Herlambang Sukendar, mengatakan bahwa penyebab dominan pasien HIV/AIDS di Pringsewu karena perilaku seksual yang menyimpang (Saibumi.com, 14/11/19).
Hal ini tidak sesuai dengan tujuan Hari AIDS Sedunia yang setiap tahunnya diperingati dalam rangka meningkatkan kesadaran akan bahayanya HIV/AIDS. Bagaimana tidak, perilaku seks bebas nyatanya masih banyak dilakukan, padahal dampaknya begitu mengerikan. Dari rincian pasien yang diobati di Klinik Bambu Asih RSUD Pringsewu, faktor resikonya adalah 54 LSL (laki-laki sesama laki-laki), waria 1 orang, WPS (wanita pekerja seksual) 12 orang, pelanggan WPS 5 orang dan penasun (pengguna narkoba dan jarum suntik) 3 orang. Begitu miris bukan! Liberalisme seks menjadi budaya masyarakat hari ini.
Penyakit HIV/AIDS menjadi momok menakutkan bagi masyarakat, pasalnya hingga saat ini belum ada obat bagi penderita penyakit ini. Sementara, penderita HIV/AIDS terus saja bertambah. Di Lampung sendiri jumlah penderita HIV/AIDS saat ini sudah mecapai 4170 orang. Dengan rincian, 3.253 orang mengidap HIV dan 917 orang lagi terkena AIDS (Kupastuntas.co, 26/11/19).
Sedangkan berdasarkan data WHO, pada akhir tahun 2018 terdapat 37,9 juta orang yang hidup dengan HIV. Sementara itu pada tahun 2018, 1,7 juta orang baru pertama kali terinfeksi dengan HIV dan 770 ribu orang meninggal karena penyebab terkait HIV (Detik.com, 01/12/19).
Sejatinya penyakit menular ini bukanlah hal yang baru, baik di Lampung khususnya dan di negeri ini umumnya. Pemerintah pun terus berupaya melakukan pencegahan dan mencari solusi untuk menyelesaikannya. Namun, alih-alih menghilangkan penyakit menular ini dari masyarakat, yang terjadi justru sebaliknya, jumlah penderita semakin bertambah.
Ya, selama ini upaya pencegahan yang dilakukan hanya bersifat parsial saja tanpa menyentuh akar permasalahan. Seperti yang dikenal dengan istilah ABCDE (A = abstinence, tidak melakukan kegiatan beresiko sama sekali, B = be faithfull, yakni setia terhadap pasangan, C = use condom, gunakan kondom, D = dont do drugs, jangan menggunakan narkoba dan terakhir E = education atau edukasi).
Jika solusi yang ditawarkan hanya dengan tambal sulam, sudah pasti tak akan menyelesaikan persoalan. Sebab HIV/AIDS bukan sekadar permasalahan medis, namun dampak dari kehidupan sosial dengan gaya hidup liberal, seperti seks bebas, LGBT, penyalahgunaan narkoba. Seks bebas salah satunya merupakan penyumbang terbesar penyakit ini. Beginilah jika sistem pergaulan tidak sesuai aturan, akan banyak menimbulkan permasalahan. Sistem sekular liberal telah nyata merusak tatanan sosial yang ada di masyarakat.
Fakta di atas seharusnya membuat kita semakin sadar, bahwa tidak ada aturan yang bisa memuliakan manusia selain aturan dari Pencipta. Islam adalah agama paripurna yang Allah turunkan untuk mengatur kehidupan manusia. Maka solusi dari semua problematika adalah kembali kepada aturan dari Pencipta yaitu sistem Islam. Dalam Islam, pergaulan antara laki-laki dan perempuan terpisah. Islam melarang laki-laki dan perempuan untuk khalwat (berdua-duaan) dengan bukan mahram dan ikhtilat (campur baur). Serta laki-laki dan perempuan diperintahkan untuk menundukkan pandangan.
Selain pencegahan terhadap perilaku beresiko penyebab penyebaran HIV/AIDS (yakni seks bebas, penyimpangan orientasi seks, penyalahgunaan narkoba dan lain-lain), Islam juga mempunyai sistem persanksian yang tegas. Di mana sanksi dalam Islam bisa menimbulkan efek jera bagi pelaku. Jika pelaku seks bebas belum menikah, hukuman yang diberikan yaitu dengan mencambuk 100 kali dan diasingkan. Jika sudah menikah yaitu dirajam sampai mati. Sanksi yang diberikan ini bukan tidak manusiawi atau kejam, tetapi ini adalah solusi preventif sekaligus kuratif agar masyarakat berpikir telebih dahulu sebelum bertindak.
Dengan demikian, tidak ada pilihan lain selain sistem Islam yang harus diterapkan dalam kehidupan sebagai solusi komprehensif HIV/AIDS. Karena permasalahan sosial yang terjadi sebagai penyumbang terbesar penyakit menular ini diakibatkan kehidupan masyarakat yang liberal dan tak berpegang kepada hukum syariat.
[hw/LM]