Geliat Pemuda dan Arah Perubahan Hakiki

Oleh: Dian Puspita Sari

(Founder dan Koordinator Komunitas Remaja Shalihah (KRS) Kab. Banjar, Warga Pekauman Ulu Martapura)

 

LenSaMediaNews– Memasuki minggu terakhir bulan September 2019, masyarakat Banua dikejutkan dengan bangunnya para mahasiswa dari tidur panjangnya. Kamis (19/9/2019) terjadi aksi mahasiswa yang mendatangi kantor DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Kedatangan ratusan mahasiswa yang menamakan diri dari aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Kalsel tersebut adalah dalam rangka menyampaikan protesnya terhadap rancangan undang-undang (RUU) KPK.

Dalam aksi tersebut, para mahasiswa menyampaikan rilis mereka. Sedikitnya ada sekitar tujuh poin disampaikan. Termasuk terkait musibah kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap di wilayah Kalsel dan sekitarnya. Aliansi BEM se-Kalsel ini juga menyatakan kekecewaannya dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang tidak mendengarkan suara rakyat perihal RUU KPK. (Banjarmasinpost.co.id, 19/09/2019)

Tidak hanya di Kalsel, aksi mahasiswa juga terjadi di beberapa kota besar Indonesia. Termasuk yang paling besar ada di wilayah Ibukota Jakarta. CNN Indonesia pada tanggal 23/09/2019 memberitakan, gelombang demo atau aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia nampaknya semakin meluas menjelang pelantikan Presiden Republik Indonesia (RI) pada bulan Oktober 2019 ini.

Tak ayal, aksi ini berhasil mencuri perhatian banyak pihak. Juga menyebabkan media sosial ramai cuitan. Beberapa tagar pun sempat mengisi trending topic di twitter. Meski demikian, banyak pula yang mempertanyakan mengapa para kaum intelektual ini baru beraksi sekarang? Setelah banyak permasalahan yang terjadi dan membutuhkan peran mereka untuk merumuskan solusi. Sebab, sejatinya mereka adalah para pemuda yang merupakan pelopor dan poros dari sebuah perubahan.

Ketika kita berbicara tentang perubahan, maka kita berbicara tentang para pemuda. Mereka-lah yang sepanjang zaman selalu menginisiasi setiap perubahan demi perubahan yang terjadi. Pemuda identik dengan perubahan. Ketika pemuda menyaksikan situasi dan kondisi yang ada dan itu tidak sesuai dengan apa yang mereka yakini, maka sikap kritisnya muncul. Pikiran mereka penuh dengan idealisme yang menuntutnya untuk bergerak di tengah kondisi masyarakat.

Sejarah negeri ini pun berbicara demikian. Indonesia dimerdekakan oleh para pemuda. Mereka yang siap bergerak dan siap mengorbankan apapun untuk mencapai idealisme mereka. Dan aksi mahasiswa di seluruh Indonesia minggu lalu mengingatkan pada gerakan mahasiswa Indonesia tahun 1998 silam. Geliat mahasiswa kembali muncul setelah sekian lama mati suri. Namun, akankah tuntutan mahasiswa ini mengarah pada perubahan hakiki yang diharapkan?

Sayangnya, arah perubahan yang benar dan hakiki hanya ditawarkan oleh Islam yang hari ini justru dikriminalkan. Islam telah memberikan langkah dan tujuan perubahan yang jelas. Perubahan hakiki inilah yang harusnya dimotori oleh para pemuda. Seorang pemuda dalam melakukan suatu pergerakan bagaikan seorang dokter. Dia harus mendiagnosa dengan benar apa sebenarnya penyakit yang diderita oleh negeri ini. Kemudian memberikan obat tepat yang dapat mengobati penyakit tersebut langsung ke sumber penyakit.

Misalnya, permasalahan kebodohan di negeri ini. Selama ini hanya dilakukan perbaikan pada aspek pendidikan saja. Seperti memperbaiki kurikulum, kompetensi guru, bangunan sekolah dan lain sebagainya. Ini merupakan indikasi bahwa kita telah terjebak dalam pergerakan pragmatis. Hanya melihat masalah dari permukaan. Lalu menyelesaikan masalah dengan solusi yang tidak tepat sasaran.

Mahasiswa adalah pemuda harapan penerus estafet tegaknya negara. Sejatinya gerakan perubahan yang disuarakan mereka mengarah pada perubahan sistem. Tidak hanya perubahan orang. Hal ini dilakukan agar terwujud perbaikan yang hakiki di seluruh bidang kehidupan masyarakat. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan Islam.

Islam merupakan agama yang kamil (sempurna) yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Baik itu ketika manusia berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dan dengan manusia lainnya. Islam adalah sebuah pandangan hidup (ideologi). Sayangnya, saat ini Islam hanya dijadikan sebagai agama ritual dan terlepas dari urusan kehidupan kebanyakan masyarakat (sekular).

Yang perlu diketahui bahwa salah satu poin yang terdapat Sumpah Mahasiswa, pada acara Kongres Mahasiswa Islam Indonesia di Jakarta, 18 Oktober 2009 yang lalu berisi: “Dengan sepenuh jiwa, kami menyatakan bahwa perjuangan yang kami lakukan bukanlah tuntutan sejarah tetapi adalah konsekuensi iman yang mendalam kepada Allah subhanahu wata’ala”. (Republika.co.id, 2012)

Berkenaan dengan hal ini, Allah berfirman: “Barang siapa mencari selain diin Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (TQS. Ali-Imran: 85)

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya hanya dengan Islam, pergerakan mahasiswa dapat menuju perubahan yang hakiki. Sebab, hakikat kehidupan manusia seluruhnya berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Maka sudah sepantasnya kita melaksanakan semua yang Allah perintahkan. Termasuk mengambil Islam sebagai asas dalam pergerakan menuju perubahan.

Wallahu’alam bisshawwab

 

[Lm/Hw/Fa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis