Hari Anak Nasional, Anak-anak Belum Aman dari Kejahatan Seksual
Oleh: Nurul Rachmadhani
LenSaMediaNews– 23 Juli dinobatkan sebagai Hari Anak Nasional. Namun sayangnya, anak-anak belum mendapatkan hak nya secara sempurna. Baik itu dalam lingkungan keluarga ataupun lingkungan sekitar. Belum mendapat rasa aman dalam bermain, belajar tanpa dihantui oleh para predator anak yang selalu mengintai.
Seperti yang dialami oleh 15 siswa laki-laki di Surabaya, yang mana seluruhnya telah menjadi korban sodomi guru ekstrakurikuler pramuka di sekolahnya. Aksi bejatnya sudah berjalan sejak 2016 silam. Menurut pengakuan pelaku, hal serupa pernah terjadi pada dirinya sewaktu kecil. (Detiknews, 23/7/’19).
Itu hanya salah satu kasus, masih banyak kasus lainnya yang menimpa sebagian besar pada anak. Terlihat dari data yang dihimpun oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di Banten saja, kasus kekerasan pada anak meningkat pada semester pertama yaitu dari Januari-Juni 2019 dengan 38 kasus, sedangkan di tahun sebelumnya ada 28 kasus.
Ketua LPA, Uut Lutfi, dalam aksi kampanye damai bersama para pegiat anak di alun-alun Kota Serang (23/7/’19), mengatakan “Dari laporan yang masuk didominasi kasus persetubuhan sebanyak 16 kasus dan para pelaku adalah orang-orang terdekat korban”. Dan berdasarkan usia korban, didominasi usia anak sekitar 13 sampai 18 tahun (merdeka.com, 23/7/’19).
Sudah Amankah Anak-anak?
Miris memang, melihat kondisi sebenarnya yang terjadi pada anak-anak di negeri ini. Mereka belum mendapatkan haknya dalam mendapatkan keamanan yang sempurna. Dihantui rasa was-was sekalipun berada dalam lingkungan rumahnya sendiri.
Orang tua sebagai orang terdekat nyatanya masih banyak yang menjadi musuh dalam selimut. Bisa menerkam sang anak kapan saja tanpa rasa belas kasih, yang pada akhirnya membuat sang anak tak lagi percaya dan tak hormat. Begitu juga seorang guru, yang seharusnya bisa menjadi orang tua kedua, nyatanya bisa berubah menjadi binatang buas yang siap menerkam mangsa hanya untuk melampiaskan aksi bejatnya.
Lalu kemana anak-anak itu harus mengadu dan meminta perlindungan? Di saat semua yang seharusnya bisa dipercaya ternyata tak bisa dijadikan sandaran sang anak. Pun negara tidak mampu menjamin dalam memberikan hak anak-anak untuk mendapatkan rasa aman.
Hal ini bisa terjadi bukan saja kesalahan dari satu sisi. Semua saling berkaitan, termasuk negara yang menjadi kunci. Di saat sistem negara yang sekuler, memisahkan kehidupan dari agama maka lingkungan terkecil pun termasuk keluarga akan sama. Karena setiap individunya tidak dijamin untuk bertakwa kepada Sang Pencipta, yang akhirnya keimanan setiap individunya lemah.
Tak hanya itu, sistem sekuler juga melahirkan gaya hidup yang liberal, bebas bertindak tanpa aturan. Tak mengatur bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan menjaga jarak, sekalipun mereka adalah keluarga. Tak mengatur bagaimana seharusnya wanita muslim yang sudah baligh wajib menggunakan hijab secara sempurna, tontonan yang merusak bebas berseliweran tanpa filter, dan hal-hal lainnya yang dapat memicu tindakan kekerasan seksual pada anak.
Yang pada akhirnya, demi menyalurkan nafsu birahinya anak-anak yang tak berdayalah yang menjadi korbannya. Ini semua karena sistem yang ada, sistem yang tidak bisa memberikan rasa aman pada setiap anak-anak di penjuru negeri.
Hari Anak Nasional yang penuh harapan agar anak-anak di seluruh negeri dapat menjadi generasi berkualitas, namun apakah bisa? bila hingga saat ini masih banyak anak-anak yang merasa terancam jiwa dan raganya.
Karena Hari Anak Nasional bukan saja bicara tentang mereka, anak-anak yang berprestasi dalam bidangnya, tetapi juga bagi mereka anak-anak yang menjadi korban dari rusaknya sistem saat ini.
Dengan Sistem Kuat, Seluruh Anak Selamat
Tak bisa dipungkiri memang, bahwa biang masalah dari kejahatan yang menimpa anak adalah akibat dari sistem yang rusak. Sistem lemah.
Berbeda ketika sistem itu menggunakan Islam sebagai dasarnya. Sistem Islam, yang mana dia akan mengatur segala kehidupan manusia selalu terhubung dengan agamanya, hingga akhirnya setiap manusia memiliki kesadaran untuk bertakwa, bahwa setiap perbuatan yang dilakukan selalu diawasi oleh Sang Maha Kuasa.
Dengan begitu, peran keluarga bisa berjalan sempurna. Orang tua menjadi rumah pertama bagi anak-anak untuk mendapat kasih sayang. Sekolah menjadi tempat menimba ilmu bagi anak-anak dengan guru-guru sebagai orang tua kedua serta pendidik yang profesional. Bila sudah seperti ini, maka anak-anak pun akan merasa aman.
Maka dari itu, peran negara sangat penting. Karena negara memberi pengaruh besar bagi kehidupan setiap masyarakat di dalamnya. Karena pengaruh besar itulah, maka sistem negara pun harus kuat. Sistem kuat adalah sistem yang berlandaskan Islam sebagai panduannya. Karena dengan sistem yang kuat maka seluruh anak akan mendapatkan hak rasa amannya dan selamat.
Wallahu’alam bishowab
[Lm/Hw/Fa]