Konser KPop Pertama di Arab

 

Oleh: Muzsuke Abdillah

 

LenSaMediaNews– Jumat (12/7) lalu, grup musik asal Korea Selatan yang bernama Super Junior (SuJu) telah sukses menggelar konser mereka di Jeddah, Saudi Arabia. Super Junior menjadi grup KPop pertama yang melangsungkan konser di sana. Berita tentang ini banyak beredar di media sosial Facebook, Instagram, dan Twitter.

Tak lama setelahnya, agensi asal Korea Selatan, Big Hit Enternainment yang menaungi BTS, grup asal Korea yang tengah mendunia juga mengkonfirmasi akan segera menggelar konser mereka di King Fadh Internasional Stadium di Riyadh, Saudi Arabia, yang memiliki kapasitas penonton hingga 70.000 orang. (wowkeren.com, 15/7/2019)

Budaya KPop tentu bukan bagian dari Islam, ia datang dari suatu negeri yang mayoritas penduduknya bukan muslim. Dikemas dengan cantik dan rupawan sehingga menarik minat banyak orang untuk melirik.

Sedangkan, Saudi Arabia adalah suatu negeri yang mengemban wajah Islam. Arab diyakini sebagai representasi negara yang masih menerapkan sebagian hukum Islam, tak seperti negara-negara non Arab yang walaupun mayoritas agama penduduknya Islam tapi negaranya sudah sekuler.

Maka tak ayal, konser KPop di Saudi Arabia mengundang respon dari masyarakat banyak. Masyarakat cenderung terkejut dengan kabar ini, banyak yang tak menduga Arab akan melakukan ini dan mereka menyayangkan sikap pemerintah Arab yang membuka pintu bagi masuknya liberalisme di negeri Saudi Arabia.

Padahal jika kita kaji lebih dalam, perkara konser KPop ini bukanlah awal mula masuknya liberalisme di Arab. Sebelumnya masyarakat sudah dihebohkan dengan kabar telah dibukanya diskotik halal di Arab sana. Sedangkan, diskotik juga jelas bukan bagian dari budaya Islam dan keberadaannya di Saudi Arabia sudah pasti mengundang keprihatinan dari kalangan umat Islam.

Melihat fenomena Saudi Arabia yang makin hari makin nampak liberal, sudah sepatutnya kita mengubah pola pikir kita, jangan memandang Arab hanya dari wajah Makkah dan Madinahnya saja. Sebab Arab cukup luas. Sekalipun Makkah dan Madinah masih kental nuansa Islamnya, ia tak lantas merepresentasikan keseluruhan Arab.

Sedangkan liberalisme dan sekulerisme semakin merebak di sebagian besar wilayah Arab tentu mengundang keprihatinan bagi umat Islam yang lainnya. Umat Islam meyakini Arab sebagai pemilik tempat suci. Di sana terletak kiblat ummat Islam sedunia, juga tempat lahir dan wafatnya baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga mereka ingin Arab tetap istiqomah dengan wajah Islamnya.

Namun apa mau dikata, ketika sebuah negara tak mengemban Islam sebagai asas paripurna di negaranya, dan hanya menerapkan syariat Islam di sebagian lini, maka tentulah akan sangat mudah diserang arus sekulerisasi dan liberalisasi.

Sekulerisasi dan Liberalisasi tentu akan masuk secara bertahap dengan cara sehalus mungkin agar bisa diterima oleh kaum Muslimin. Bisa jadi awalnya ditolak, namun jika arus ini dibiarkan atau bahkan difasilitasi negara, maka sudah pasti akan bisa dengan mudah masuk dan membentuk pada diri individu muslim.

Maka, jika kita ingin menghalau arus sekulerisasi dan liberalisasi di dalam negeri-negeri Islam, maka rakyat dan penguasanya perlu bersinergi, bekerjasama, dan harus memiliki satu visi untuk menerapkan syariat Islam secara menyeluruh di semua lini. Ketika ini bisa terwujud, insyaa Allah, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur tak hanya menjelma di Arab, tapi juga di seluruh negeri-negeri kaum muslimin.

 

[LN/Fa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis