Generasi Bertakwa, Generasi Tanpa Narkoba

Oleh : Vega Rahmatika Fahra

 

LensaMediaNews- Lagi dan lagi, narkoba tiada hentinya merajalela dikalangan masyarakat, bahkan publik figur yang ‘katanya’ sebagai contoh masyarakat malah silih berganti terjerat kasus narkoba. Seperti kasus narkoba yang menjerat Nunung Srimulat, Komedian Tri Retno Prayudati alias Nunung ditangkap polisi karena diduga mengonsumsi sabu. Nunung diamankan dengan barang bukti sabu 0,36 gram. (DetikNews, 20/07/2019)

Dan juga pesinetron Yusuf Iman alias Steve Emmanuel Halim yang dibekuk jajaran Polres Jakarta Barat. Steve ditangkap terkait kepemilikan narkoba. “Iya betul, baru diamankan,” kata Kapolres Jakarta Barat, Komisaris Besar Polisi (Kombes pol) Hengki Haryadi di Jakarta, Rabu (26/12/2018) (SindoNews.com, 26 Desember 2018)

Ridho Rhoma ditangkap polisi dari Polres Metro Jakarta Barat pada 25 Maret 2017 karena memiliki sabu seberat 0,7 gram. Bintang film Dawai 2 Asmara itu kemudian divonis selama 10 bulan penjara dan masa hukumannya dijalani dengan menjalankan rehabilitasi narkoba di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur selama 6 bulan 10 hari (Suara.com, 25/03/2019)

Kasus artis terjerat narkoba di atas hanya bagian kecil dari deretan artis lainnya yang terbukti menggunakan barang haram tersebut. Sungguh miris ketika publik figur malah memberikan contoh yang tidak baik bagi generasi Indonesia. Semakin banyak dan mudahnya narkoba masuk ke Indonesia membuat semakin banyak generasi yang menjadi pecandu barang haram ini.

Permasalahan narkoba ini tidak akan pernah kunjung selesai, karena upaya yang dilakukan tidak menyentuh akar permasalahan. Sehingga masih saja ada cara bagi para penyelundup narkoba untuk bisa memasukkan barang haram ini ke Indonesia. Salah satunya adalah bahwa hukum di Indonesia bisa dibeli.

Dalam sistem kapitalis, narkoba seolah bukanlah suatu hal yang berbahaya dan harus dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Karena sanksi yang diberikan baik kepada pelaku dan pengedar narkoba tidak memberi efek jera bagi mereka. Sehingga mereka tetap saja bisa memakai dan menjual barang haram ini. Bahkan di dalam penjara pun mereka tetap masih bisa mengonsumsi narkoba.

Tidak bisa dipungkiri semua penyebab menjamurnya kasus narkoba berakar dari sekularis-kapitalisme. Paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Bahkan tidak lagi memandang aturan agama sebagai solusi terhadap masalah dalam hidup. Sedang kapitalisme sebagai turunan sekulerisme mengantarkan pada cara pandang segala sesuatu hanya berdasar asas manfaat. Manfaat pun dilihat semata apakah mendatangkan keuntungan materi atau tidak.

 

Mewujudkan Genarasi Bertakwa Tanpa Narkoba

Para pemuda adalah generasi penerus bangsa dan tongkat estafet agama dan dakwah. Oleh karena itu agama Islam yang menaruh perhatian terhadap para pemuda dan pendidikan mereka. Karena memang masa muda adalah masa mencari jati diri, masa semangat masih bergelora dan masa penuh cita-cita.

Musuh-musuh Islam jika ingin menghancurkan Islam, bukanlah dengan cara merobek Alquran, mencaci-maki Nabi atau menyerang Ka’bah, tapi dengan merusak pemuda. Melalui seks bebas, narkoba, maniak game dan kerusakan moral dan akhlak.

Syaikh Abdul Aziz bin Bazrahimahullahu berkata :
Para pemuda pada setiap umat manapun, mereka adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Dikarenakan dia mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus. Dan tidak akan bangkit suatu umat umumnya kecuali ada di pundak (ada kepedulian dan sumbangsih) para pemuda yang punya kepedulian dan semangat menggelora.”

Di masa lalu, banyak pemuda hebat, generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat. Karena itu, khilafah memberikan perhatian besar pada generasi muda. Agar masyarakat, khususnya generasi muda tidak terperosok dalam kesia-siaan, maka mereka harus disibukkan dengan ketaatan.

Baik membaca, mendengarkan atau menghafal Alquran, hadits, kitab-kitab tsaqafah para ulama,batau berdakwah di tengah-tengah umat dengan mengajar di masjid, kantor, tempat keramaian, dan sebagainya. Mereka juga bisa menyibukkan diri dengan melakukan perjalanan mencari ilmu, berjihad, atau yang lain. Generasi bertakwa harus benar-benar menyibukkan diri dalam ketaatan.

Hanya dengan cara seperti itu, mereka tidak akan melakukan maksiat. Dalam ketaatan, waktu, umur, ilmu, harta dan apapun yang mereka miliki menjadi berkah. Karena itu, dalam usia 20 tahunan, Imam an-Nawawi, misalnya bisa menghasilkan berjilid-jilid kitab. Bahkan, Imam Ahmad, bisa mengumpulkan dan memiliki lebih dari satu juta hadits. Imam Bukhari juga begitu. Dan juga Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukkan Konstatinopel.

Untuk mewujudkan generasi bertakwa tanpa narkoba memang membutuhkan negara dengan sistemnya yang luar biasa. Sejarah keemasan seperti inipun hanya pernah terjadi dalam sistem khilafah, bukan yang lain.

Wallahu ‘alam.

 

[LS/Ln]

Please follow and like us:

Tentang Penulis