Kekeringan Bukan Sekadar Fenomena Alam
Oleh : Sri Retno Ningrum
LensaMediaNews- Alam diciptakan oleh Allah SWT untuk dimanfaatkan dan dirawat dengan sebaik mungkin. Namun, sebaliknya bila tidak dirawat dan dimanfaatkan dengan baik, maka bencana alam yang akan terjadi. Bencana alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus hingga kekeringan. Dan di musim kemarau ini kita sedang mengalami kekeringan.
Berdasarkan pernyataan dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika) dari hasil monitoring hari tanpa hujan (HTH) hingga tanggal 30 Juni 2019, beberapa daerah di Jawa yang berpotensi mengalami kekeringan, antara lain : Sumedang, Gunung Kidul, Magetan, Slawi, Bojonegoro, Gresik, Tuban, dan Pamekasan.
Hal yang sama disampaikan Kementan (Kementrian Pertanian) yang mengaku sudah beberapa tahun belakangan membekali kelompok tani dengan pompa. Dari pantauan di lapangan, kekeringan sudah terasa di sejumlah daerah yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah mengingatkan pemerintah daerah untuk bersiap menghadapi cuaca ekstrim dan kekeringan yang berlangsung cukup panjang. “Dari hasil analisis BMKG teridentifikasi adanya potensi kekeringan meteorologis yang tersebar disejumlah wilayah” ujar Deputi Bidang Klimatologi Herizal. (SindoNews.com ,5/9 /2019).
Berdasarkan catatan BMKG pula, wilayah yang memiliki potensi kekeringan adalah yang telah mengalami HTH lebih dari 60 hari dan diperkirakan curah hujan rendah alias kurang dari 20 mm dalam 10 hari mendatang dengan peluang lebih dari 70 %.
Daerah itu meliputi Bekasi, Karawang, dan Indramayu di Propinsi Jawa Barat, Karang Anyar, Klaten, Magelang, Purworejo, Rembang, Semarang, dan Wonogiri (Jateng). Sejumlah daerah di Jawa Timur, Bantul, Gunung Kidul (Yogyakarta), Buleleng (Bali), Sikka, Lembata, Samba Timur, Rote Ndao, Kota Kupang dan Beru (NTT), Bima, Lombok Timur, Sumbawa dan Sumbawa Timur (NTB). (Sindo News.com, 5/7/2019)
Di sisi lain, dieksploitasinya pegunungan Kendeng/pegunungan kapur di daerah Pulau Jawa, ikut menyumbang permasalahan kekeringan di sejumlah daerah. Pasalnya, pegunungan Kendeng merupakan kawasan KARST yang memiliki keistimewaan luar biasa sebagai tandon air telah terancam keberadaannya.
Padahal, sumber air dari pegunungan Kendeng digunakan petani untuk irigasi sawah dan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, seperti memasak, mandi, mencuci baju, dan lainnya. Pegunungan Kendeng membentang dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Eksploitasi Pegunungan Kendeng, sudah berlangsung sejak tahun 1996. Eksploitasi tersebut berbentuk pertambangan legal maupun ilegal yang dilakukan dipuncak pegunungan Kendeng dan melibatkan 3 perusahaan swasta pada tahun 2011. Hingga hari ini, pabrik semen yang beroprasi adalah :
A.Semen Grobogan dengan kapasitas 2 juta ton semen per tahun, nilai investasinya sebesar 300 juta US Dolar
B. Semen Indonesia di Rembang dengan kapasitas 4,4 juta ton semen pertahun, nilai investasinya 5 triliun.
C. PT. Indocement Pati dengan kapasitas 4,4 juta semen pertahun, nilai investasinya 7 triliun.
Eksploitasi yang diterapkan semuanya menggunakan prinsip ekonomi kapitalis yakni mendapatkan sebanyak banyaknya keuntungan dan sedikit modal. Padahal sesungguhnya pegunungan merupakan kepemilikan umum yang tidak boleh dimiliki individu, swasta. Sesuai sabda Rasulullah SAW yang artinya :
“Manusia berserikat pada 3 hal yakni air, api, dan padang rumput”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Bila hal itu terus terjadi, maka kekeringan bukan sekadar fenomena alam yang ada setiap tahunnya, namun ada campur tangan manusia yang merusaknya. Sehingga benar apa yang di kabarkan Allah SWT dalam Al – qur’an. Allah berfirman dalam surah Ar – rum ayat 41 yang artinya :
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”
Sungguh, pembangunan seharusnya dibangun atas dasar paradigma yang sesuai syariat Islam itu hanya dapat dilakukan ketika islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Penerapan kaffah dalam bentuk khilafah yang mampu mewujudkannya dan menjamin kehidupan yang penuh berkah.
Yang ada akhirnya kebaikan alam semesta akan dirasakan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebagaimana firman Allah di Surah Al – A’raf ayat 96 artinya :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Wallahu’alam bisshowab.
[LS/Ry]