Khilafah, Stereotipe Rezim
Oleh: Isnawati
LensaMediaNews- Ide khilafah kembali mencuat dari menjelang hingga sesudah pemilu. Elite politik menyebut pilpres 2019 merupakan ajang pertarungan antara ideologi pancasila dan khilafah, antara kelompok radikal dan kelompok moderat. Mencuatnya kembali ide khilafah ini disebabkan adanya kelompok Islam yang mendukung salah satu paslon yaitu Prabowo-Sandi. Pendukung khilafah dianggap terindikasi berada di belakangnya yang dimobilisasi oleh Hizbut Tahrir (Viva.co.id,16/05/2019)
Banyak kalangan menilai bahwa kelompok pengusung khilafah dalam wadah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dianggap berbahaya. Dilihat dari pola pikir pengembannya, pengaruhnya yang kuat, serta keahlian dalam beretorika yang mampu menyedot perhatian jutaan umat. Meskipun pendekatan yang dilakukan sangat sederhana. Meyakinkan bahwa beragam persoalan bangsa ini hanya bisa dituntaskan dengan menegakkan kembali khilafah.
Banyak kalangan yang menentang perjuangan kembalinya khilafah. Mereka berpendapat bahwa terminologi khilafah sudah dipolitisasi dan mengarah pada konsep dasar untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Yaitu demi tegaknya negara berdasarkan syariat Islam. Stereotipe ini telah memuncahkan konsensus hitam dan putih yang menimbulkan kontra produktif.
Ide khilafah digambarkan seperti monster yang siap menerkam kekuasaan dengan mengkambinghitamkan ide-ide Islam. Fitnah terus bergulir dengan memunculkan kehebohan agar terjadi kegusaran pada umat. Salah satunya khilafah dituduh tunggangi pemilu. Rekayasa secara sistematis untuk menempatkan khilafah sebagai ancaman yang sangat menakutkan agar umat menjauhi ide khilafah. Julukan anti kebhinnekaan, radikalisme, pemecah belah, dan lain-lain terus disematkan pada pengemban khilafah. HTI dituding ingin menggulingkan falsafah negara dan menggantinya dengan sebuah pemahaman atau konsep yang dicap radikal atau ekstrim.
Ketakutan kepada khilafah tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi bahkan di seluruh negara. Di Indonesia sampai berujung pada pembubaran HTI. Ide khilafah terus diperangi dan dipastikan jangan sampai umat Islam bersatu dalam payung khilafah. Stereotipe rezim menggelontorkan berbagai cara perusakan agar membentuk sebuah pemahaman yang salah tentang khilafah.
Kondisi umat yang kini berada dalam keadaan lemah dan sulit untuk memahami tentang khilafah. Kelemahan itu mulai dari akidah, pendidikan, tsaqofah, dakwah, solidaritas, maupun akhlak. Bermula dari problematika hidup sehingga mencerai-beraikan umat. Dari sisi lain kekuatan internasional begitu masif memusuhi Islam melalui organisasi dan sarana-sarana yang mereka miliki.
Kesadaran politik adalah kunci untuk menyentuh seluruh komponen Islam secara utuh. Meliputi perbaikan akhlak hingga menggerakkan dakwah dan jihad di seluruh sisi kehidupan. Hal itu sangat penting untuk mengubah kondisi umat. Dengan demikian, stereotipe rezim juga hanya bisa dituntaskan dengan khilafah melalui dakwah agar tidak ada lagi tuduhan-tuduhan yang keji seperti pemilu ditunggangi khilafah.
Wallahu a’lam bishshawab.
[LS/Ah]