Akhiri Duka Muslim Dunia Dengan Khilafah

 

Oleh: Arin RM, S.Si
(Freelance Author, Pegiat TSC)

 

LenSaMediaNews– Gempita ramadan sangat terasa di tanah air. Semua larut dalam nuansa ibadah. Berbuat terbaik untuk memenuhi panggilan kewajiban sekaligus menambahnya dengan amalan-amalan sunnah. Sangat luar biasa. Namun kebahagiaan di tanah air ini tidak menular sempurna ke negeri muslim tetangga. Saudara muslim di Suriah masih dicekam peperangan. Dikabarkan Voaindonesia.com (17/05/2019) bahwa DK PBB akan menggelar sidang terkait meningkatnya peperangan karena pasukan Suriah bersama sekutunya Rusia meningkatkan serangan terhadap daerah Idlib.

Di Pakistan, Bbc.com (08/05/2019) mengabarkan bahwa sedikitnya delapan orang meninggal akibat ledakan bom yang dilaporkan terjadi di luar bangunan masjid suci kaum Muslim Sufi di kota Lahore. Di Xinjiang, sebagian kaum muslim masih berjuang untuk lepas dari belenggu kesewenang-wenangan. China telah menyerukan Turki untuk mendukung perangnya melawan gerilyawan yang beroperasi di wilayah Xinjiang (Bisnis.com, 17/05/2019).

Spesial di Gaza, derita berkepanjangan mereka pun juga tak mengelak meski Ramadan tiba. Bahkan serangan kian bertubi tanpa mengindahkan kehormatan bulan suci. Sedikitnya 50 warga Palestina di perbatasan Jalur Gaza mengalami luka-luka saat berpartisipasi dalam demonstrasi peringatan 71 tahun Hari Nakba pada Rabu (15/5). Mereka terluka akibat serangan pasukan Israel (Republika.co.id, 16/05/2019).

Tahun 2018 lalu, Nakba juga diperingati sebagai penanda agresi yang berlangsung telah genap 70 tahun. Waktu itu sempat ramai tagar #NAKBA70 sebagai pengingat lamanya penderitaan, malapetaka, kehancuran, dan bencana (Nakba). Aksi seputar Nakba dilandingkan di jagad maya sebagai bentuk kepedulian muslim dunia atas derita Palestina sejak 1948 silam akibat pengusiran dan pengambilalihan paksa 774 desa dan kota, penghancuran 531 desa dan kota, serta 70 kejadian pembantaian rakyat Palestina (Act.id, 13/05/2018).

Perjuangan Gaza dan Palestina sangat panjang, sebab perlawanan yang dilakukan di sana sama sekali tidak sebanding. Musuh Palestina adalah entitas Israel yang didukung penuh dengan persenjataan canggih dan banyak. Sementara pihak Palestina hanya melawan dengan kemampuan swadaya masyarakat dengan kobaran semangat jihad yang luar biasa. Anastesi luka mereka adalah doa dan sumbangan kemanusian untuk menangani para korban setiap selepas serangan brutal. Selebihnya mereka tidak mendapat bantuan kekuatan tempur ataupun persenjataan.

Kekuatan dan dukungan tak seimbang inilah yang menyumbang krisis Palestina khususnya dan krisis dunia Muslim lainnya tidak kunjung selesai. Kekuatan akan berimbang jika ada tambahan militer beserta persenjataan yang selevel. Kekuatan ini harus mewujud pada kesatuan Islam sedunia di bawah satu kepemimpinan Islam. Pemimpin tunggal seluruh negeri muslim ini yang memiliki otoritas menggelorakan semangat jihad pembebasan muslim di berbagai negeri yang tertindas.

Syaikh Issam Amira, Imam Baitul Maqdis (wawancara dengan Mediaummat.news, 09/12/2017) pernah menyatakan bahwa umat Islam dianjurkan untuk tidak hanya menghimbau militer untuk membebaskan Palestina, tetapi agar terlebih dahulu menghimbau militer mengganti kepemimpinan saat ini dengan kepemimpinan Islam. Pernyataan Imam Baitul Maqdis benar adanya. Sebab tanpa kepemimpinan Islam, warga Palestina dan muslim negeri lainnya yang tertindas tak punya pelindung yang sepenuh hati menyelamatkannya.

Kutukan dan kecaman dari negera sekitarnya kepada aggressor terlihat tak digubris. Buktinya bertahun-tahun pelaku lempeng-lempeng saja menjalankan kekejamannya. Berharap pada PBB juga bukan solus paripurna, sebab PBB lah yang mengumumkan persetujuan berdirinya negara Israel di atas 55% tanah Palestina pada 29 November 1947. Pun sampai saat ini PBB tidak pernah memberikan sanksi atas kejahatan yang menewaskan jutaan warga sipil termasuk anak-anak. Sehingga satu-satunya solusi adalah menggalang kekuatan Muslim sendiri dalam kesatuan negara Khilafah.

Kepemimpin Islam (Khilafah) akan memaksimalkan potensi militer negeri muslim untuk turut membela kehormatan tanah para Nabi. 1,5 milyar lebih penduduk muslim akan diminta menyiapkan dana bantuan sekaligus mengirimkan pasukan terbaiknya untuk mengusir penjajah dari tanah yang dimuliakan. Dengan pertolongan nyata seperti itu kekuatan akan seimbang, akan terwujud kesatuan muslim sebagaimana yang dinyatakan dalam HR. Bukhari dan Muslim berikut: “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling cinta dan sayang laksana satu tubuh, jikalau ada satu anggota tubuh yang mengeluh, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan bergadang”.

Oleh karena itu, krisis duka muslim dunia akan segera berakhir hanya dengan adanya kesadaran politik umat yang menguat untuk bersatu menggalang kekuatan di bawah komando khalifah. Kesadaran ini yang akan menggiring umat untuk serius memperjuangkan segera tegaknya khilafah. Satu-satunya solusi atas kedzaliman sistematis yang menimpa muslim di berbagai belahan dunia.

[Lm/Hw/Fa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis