Sexy Killers : Gurita Kapitalisme yang Mematikan

 

Oleh: Yulia Hastuti, SE, M.Si

LenSaMediaNews– Film dokumenter karya Watchdoc yang berjudul Sexy Killers masih diperbincangkan khalayak ramai. Film fenomenal ini melibatkan 14 videografer, 5 pilot drone dan 12 underwater fotografer yang dirilis di channel Youtube melalui kanal Watchdoc Image sejak tanggal 13 April 2019, 3 hari menjelang pemungutan suara pemilu 2019 serentak dilaksanakan.

Antusias masyarakat dalam menonton tayangan berdurasi 1 jam 28 menit yang merupakan bagian dari Ekspedisi Indonesia Baru mampu membuka mata masyarakat terhadap kenyataan yang terjadi di negeri ini. Unggahan film tersebut membongkar oligarki di beberapa penggalian tambang batubara terutama di Kalimantan Timur (Kaltim). Bahkan kedua pasang paslon presiden dan wakil presiden, Menko Kemaritiman serta beberapa nama purnawirawan dan pengusaha ikut terlibat dalam meliberalisasi kekayaan alam negeri ini.

Sampai hari Minggu (27/4) film ekspedisi dengan proses pengambilan gambar selama setahun ini sudah diputar lebih dari 20 juta kali. Tontonan ini menjadi bukti bahwa masyarakat sudah mulai sadar dalam politik praktis tidak ada lawan yang ada hanya berbagi peran. Penguasa selama ini tidak memihak kepada rakyatnya. Hajat publik dijadikan sebagai potensi bisnis yang hanya menguntungkan segelintir orang dan mengatasnamakan kebutuhan rakyat.

Dampak yang ditimbulkan akibat pengelolaan sumber daya alam yang diserahkan kepada kalangan pengusaha yang berdampingan dengan penguasa dalam mengeskploitasi hasil alam negeri ini telah mengakibatkan keseimbangan alam rusak, rusaknya rumah penduduk, hilangnya lahan pertanian, kerusakan lingkungan, memburuknya kondisi kesehatan bahkan hilangnya nyawa anak-anak akibat lubang tambang yang ditinggalkan begitu saja.

Fakta mengejutkan disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa Indonesia bukan negara yang kaya cadangan batubara karena walaupun menjadi eksportir terbesar namun hanya menyumbang cadangan 2% dari total cadangan di seluruh dunia dan dipastikan cadangan batubara dapat habis dalam waktu tak lama lagi. (Detik.com, 12/9/2018)

Kenyataannya kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia terbaik dalam kualitasnya termasuk sumber energi dan mineral. Hal ini tidak lepas dari kondisi geografis serta posisi Indonesia yang terletak di jalur gunung api dunia.

“Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”, begitulah sebait lirik dari lagu Kolam Susu yang dibawakan oleh Koes Plus yang menggambarkan bagaimana tanah Indonesia yang sangat subur. Indonesia dikenal dengan kekayaan alam yang tumpah ruah, menjadi bukti dengan banyaknya potensi sumber daya alam dari pulau Sumatera hingga Papua.

Berdasarkan data tahun 2015 dari Kementerian Energi Sumber Daya Alam dan Mineral, cadangan batubara Indonesia berlimpah dengan total cadangan 32 miliar ton yang terbukti sedangkan yang terkira mencapai angka 74 miliar ton. Sumatera dan Kalimatan merupakan dua pulau yang memiliki kandungan batubara terbesar di negeri ini.

Selain cadangan barubara yang sangat menggiurkan, Indonesia juga berlimpah cadangan hasil bumi lainnya. Seperti cadangan tembaga, cadangan timah, cadangan nikel, dan cadangan emas. Indonesia juga masih menyimpan cadangan sebesar 151,33 triliun kaki kubik untuk gas bumi, sedangkan cadangan minyak bumi di Indonesia 7,31 triliun barel (Newswantara.com, 25/1/2018).

Peribahasa “Gemah Ripah Loh Jinawi” mewakili gambaran negeri ini dengan sumber kekayaan alam seolah hanya jargon saja. Seharusnya dengan potensi negeri dan sumber daya mineral di seluruh Nusantara memiliki peluang bagi Indonesia untuk menjadi negeri yang berdaulat energi. Tentu harus diimbangi dengan tata kelola yang optimal untuk mengeksplorasi potensi kekayaan yang dimiliki untuk hajat seluruh rakyat.

Kemelut pertarungan bisnis para kapitalis seolah seperti lingkaran setan yang hanya bisa diputus dengan merombak total sistem ekonomi dan politiknya. Penerapan sistem ekonomi kapitalis liberal telah mengakibatkan hajat hidup orang banyak hanya dijadikan sebagai komoditi yang sangat menguntungkan jika dijual kepada penguasa (privatisasi).

Solusi total untuk mengembalikan pengelolaan SDA hanyalah dengan Islam. Islam hadir tidak hanya sebagai agama ritual dan moral belaka namun merupakan sistem kehidupan yang nampu memecahkan seluruh problem kehidupan. Menurut aturan Islam kekayaan alam seperti batubara, emas, perak, besi, tembaga, timah, minyak bumi, gas dsb semuanya adalah tambang yang terkategori milik umum.

Kepemilikan umum wajib dikelola oleh negara. Hasilnya diserahkan untuk kesejahteraan rakyat secara umum. Haram hukumnya menyerahkan pengelolaan kepemilikan kepada individu, swasta apalagi asing. Merujuk pada sabda Rasul SAW: “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Dengan demikian, untuk mengakhiri kisruh pengelolaan SDA yang terus saja terjadi hanya dengan kembali pada syariah Islam. Sudah saatnya kita membuang sistem demokrasi yang menganut paham sekuler kapitalis, telah terbukti merusak tatanan masyarakat pada semua lini kehidupan. Tentu dengan menerapkan syariah Islam secara sempurna akan mengembalikan sumber daya yang memberikan manfaat dan keberkahan pada rakyat. Karena hanya aturan Sang Maha Pencipta akan menyelesaikan masalah yang tak bisa diselesaikan manusia.

Wallahu ‘alam.

[Lm/Hw/Fa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis