Pemberdayaan Perempuan dalam Islam
Oleh: Yunita Sari S.pd
( Komunitas Peduli Generasi)
LenSaMediaNews– Isu kesetaraan gender memang menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan setiap tahunnya. Seperti pada tema yang diangkat pada hari perempuan internasional 2019 yaitu Balance for Better. Melansir dari laman International Women’s Day, tema ini diangkat untuk membangun kesetaraan gender dan merayakan pencapaian perempuan. Dalam laman tersebut dikatakan, kesetaraan gender sangat penting bagi ekonomi dan masyarakat untuk berkembang (Detik.com, 08/03/2019).
Berbicara tentang pemberdayaan perempuan muncullah wacana bahwa wanita yang terberdayakan (bermanfaat) adalah wanita yang bisa menghasilkan uang. Pada saat yang sama dimunculkanlah mitos kecantikan bahwa wanita yang menarik adalah yang cantik secara fisik.
Ditambah lagi dengan kemiskinan terstruktural yang diciptakan sistem ekonomi kapitalis yang memaksa perempuan terjun ke dunia kerja yang keras tersebut, padahal di saat yang sama perempuan tidak bisa meninggalkan peran kodrati mereka yaitu menjadi istri bagi suaminya dan ibu bagi anak – anaknya.
Pandangan seperti ini berasal dari barat yang berdiri atas landasan sekulerisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Dan kapitalismelah yang mengajak perempuan berbondong – bondong keluar rumah menuju ruang publik, bersaing dengan laki – laki memainkan peran yang selalu saja mengeksploitasi diri perempuan. Yang pada akhirnya kaum perempuan pun terjebak dalam dilema peran ganda.
Dalam pandangan sekulerisme demokrasi, sering sekali status ibu rumah tangga dipandang sebelah mata. Stigma perempuan pengangguran selalu tertuju pada ibu rumah tangga. Di era globalisasi peran ibu rumah tangga masih sering dianggap sebagai peran rendahan. Padahal status ibu rumah tangga tak bisa dianggap remeh. Sebab bila perempuan meninggalkan perannya sebagai ibu rumah tangga, terjadilah kekacauan dalam tatanan kehidupan terkecil dan masyarakat. Bahkan berpengaruh pada kehidupan sosial hingga negara.
Oleh karena itu dalam Islam, tugas dan tanggung jawab perempuan sebagai ibu rumah tangga berperan besar dalam keberlangsungan sebuah peradaban. Jika ibu abai, maka moral generasi akan tergadai. Jika rumah tak terasa seperti surga, maka hancurlah tatanan kehidupan masyarakatnya.
Dalam Islam kedudukan kaum ibu sangat mulia. Ialah sekolah pertama dan utama bagi anak – anaknya. Ia sebagai manajer rumah tangga dalam keluarganya. Mendidik anak mereka dengan kepribadian Islam. Baik buruknya masa depan umat manusia ditentukan dari pendidikan yang diberikan ibu kepada anaknya. Bahkan peradaban bisa hancur jika kaum ibu keluar dari jalur fitrahnya sebagai pendidik utama.
Menjadi ibu rumah tangga bukanlah jenis profesi. Namun tugas mulia yang diberikan Allah Ta’ala. Ibu rumah tangga bukan pula aktifitas perempuan pengangguran. Bahkan ia menjadi manusia paling produktif di dunia. Sepanjang waktu tak kenal lelah mengurus keluarganya. Andaikata ibu rumah tangga bergaji, niscaya tak akan ada yang sanggup membayar jerih payahnya.
Itulah mengapa Allah berikan tempat dan pahala semisal pahala berjihad kepada kaum ibu yang tak kenal lelah mengurus keluarganya. Begitu nyata Islam memuliakan para ibu. Mereka tak dibebani dengan persoalan ekonomi. Memfokuskan diri membentuk generasi berkepribadian unggul. Beriptek dan berimtak dalam kehidupan.
Wallahu A’lam Bishawab
[Lm/Hw/Fa]