Relasi Maulid Nabi saw dan Jejak Kekhilafahan di Nusantara

Oleh: Yuke Octavianty

(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)

 

Lensa Media News – Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. merupakan salah satu tonggak sejarah kebangkitan umat manusia. Di awali dengan lahirnya manusia mulia di muka bumi, yaitu Nabi Besar Muhammad saw., yang menyempurnakan seluruh agama yang pernah ada sebelumnya. Sekaligus penyempurna akhlak, akidah serta metode dakwah penyebaran Islam.

Namun, adanya pengaburan dan penguburan sejarah, menjadikan umat buta dan tuli akan berkembangnya Islam di Nusantara. Akibatnya, kesadaran umat pun termampatkan. Sejarah yang disajikan secara umum hanya memaparkan dan menggambarkan kehidupan Rasulullah, keluarga beserta akhlaknya yang mulia. Tak ada sedikit pun yang membahas tentang metode Rasulullah dalam mendakwahkan Islam. Padahal secara kasat mata, kaum muslim tersebar di seluruh dunia. Seharusnya kaum muslim yang kritis memikirkan bagaimana Rasulullah saw. menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia? Bagaimana metode Beliau saw. dalam penyebaran Islam?

Rasulullah berdakwah secara terstruktur dengan metode dakwah yang jelas. Beliau pun tak hanya mengedukasi umat dengan akhlak dan akidah Islam. Namun, mendakwahkan strategi dan metode yang tepat dalam mengubah pemikiran umat. Melalui pembinaan dan pengorganisasian gerakan yang detil dan terkoordinasi. Mengubah pemikiran masyarakat, dari jahiliah hingga cerdas penuh iman dan takwa. Tentu hal ini bukan hal yang mudah. Segala ancaman dam hambatan dialami Rasulullah dalam perjuangannya. Hingga akhirnya terbentuklah daulah pertama di Madinah.

Dakwah terus disebarkan secara masif melalui jihad fii sabilillah. Hingga akhirnya dapat menaklukkan berbagai bangsa. Melalui wadah Kekhilafahan yang menjadikan syariat Islam sebagai satu-satunya asas kehidupan.

Wilayah nusantara pun menjadi salah satu cakupan wilayah Daulah Islam. Begitu banyak bukti yang ditemukan. Berdasarkan tulisan Ustazah Najma Saiidah, pemerhati politik dan sejarah Islam, ketika masa Bani Umayyah (660-749 M), penguasa di Nusantara—yang masih beragama Hindu sekalipun—mengakui kebesaran Khilafah. Pengakuan terhadap kebesaran Khilafah dibuktikan adanya dua pucuk surat kiriman Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah masa Bani Umayyah. Surat pertama dikirim kepada Muawiyah dan surat kedua dikirim kepada Umar bin Abdul Aziz. Surat pertama ditemukan dalam sebuah diwan (arsip) Bani Umayyah oleh Abdul Malik bin Umair yang disampaikan kepada Abu Ya‘yub ats-Tsaqafi, yang kemudian disampaikan kepada Haitsam bin Adi (muslimahnews.com, 24/9/2020).

Bukti lain pun tersaji di wilayah lain Nusantara. Aceh Darussalam mengikatkan diri dengan Kekhalifahan Islam Turki Ustmani. Sebuah arsip Utsmani berisi petisi Sultan Alaiddin Riayat Syah kepada Sultan Sulayman Al-Qanuni yang dibawa Huseyn Effendi, membuktikan Aceh mengakui penguasa Utsmani di Turki sebagai Kekhalifahan Islam.

Bukti-bukti sejarah keterikatan nusantara dengan Daulah Khilafah pun tersebar di berbagai kerajaan, seperti Kerajaan Sriwijaya, Demak Samudra Pasai dan Malaka.

Maka tak bisa dipungkiri jika Islam dan strukturnya berupa Daulah Khilafah pernah mengikatkan seluruh kaum muslimin nusantara. Dengan demikian, kaum muslimin seharusnya menyadari bahwa Khilafah adalah satu-satunya institusi Islam yang menjadi wadah penerapan syariat Islam secara menyeluruh. Tidak menjadikan Islam dan seluruh atributnya sebagai objek monsterisasi bagi pemikiran umat.

Justru dengan adanya penerapan syariat yang totalitas dalam wadah Khilafah-lah, kesejahteraan dan rahmat tercurah bagi seluruh umat.

Allah Swt. berfirman yang artinya:

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu (Rasulullah) sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya, niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” (QS Al-Fath ayat 10)

Menaati segala perintah Rasulullah saw. berarti menaati segala perintah Allah Swt. Kaum muslim wajib taat baik secara ikhlas maupun terpaksa.

Inilah esensi utama peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Sebagai kaum muslim yang cerdas, kita seharusnya meneladani segala perbuatan dan akhlak Rasulullah saw. Sekaligus meneladani seluruh metode dakwahnya.

Wallahu a’lam bisshowwab.

 

[mi/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis