Covid Merebak, Kemiskinan Melonjak: Di Mana Solusinya?
Oleh: Nurmaya Sari
(Mahasiswi Ma’had Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah, Medan)
Lensa Media News – Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, akhir dari pandemi Covid-19 belum bisa diprediksi. Menurut ia, hal itu diperparah usai hadirnya varian Delta dan varian baru yang digadang siap menyusul. “Tiga hari yang lalu, WHO menyampaikan diperkirakan akan muncul lagi varian baru, varian baru lagi dan ini akan menyebabkan pandemi bisa lebih panjang dari yang kita perkirakan,” kata Jokowi saat menggelar rapat terbatas Senin 19 Juli 2021, seperti dikutip di kanal Youtube resmi Sekretariat Presiden (Liputan6.com, 20/07/2021).
Tren penurunan tingkat kemiskinan sejak September 2017 terpatahkan gara-gara pandemi virus Covid-19. Virus ini juga berdampak mematikan pada perekonomian masyarakat. September 2019 sebesar 9,22 persen, per Maret 2020 naik menjadi 9,78 persen. Besaran persentase ini bila ditampilkan dalam angka setara dengan penambahan 1,63 juta penduduk miskin sejak September 2017. Atau, jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 26,42 juta orang. Saat itu, jumlah penduduk miskin mencapai 27,77 juta orang atau naik 10,64 persen ketimbang September 2016. Namun, setelah Maret 2017 itu jumlah penduduk miskin menunjukkan tren penurunan. Hingga melonjak kembali pada Maret tahun ini. “Pandemi Covid-19 berdampak luar biasa. Mengganggu aktivitas ekonomi yang memengaruhi pendapatan masyarakat,” kata Kepala BPS Suhariyanto, Rabu (15/7).
Kondisi Yang semakin mencekam dengan banyaknya persoalan yg terjadi. Mulai dari kemaksiatan, kemiskinan, kemunduran, dan pelonjakan kasus kematian, akibat wabah covid-19. Yang sudah hampir 2 tahun melanda setiap pelosok negeri, yang membawa perubahan sangat besar baik dari segi ekonomi, pendidikan, maupun hal yang lain.
Berbagai usaha pemerintah dalam menangani penyebaran virus agar tidak semakin meluas, mulai dari penutupan jalan, mal, pasar, sekolah dan lainnya. Seiring berjalannya peraturan yang dibuat, tidak ada solusi efektif yg dapat menyelesaikan permasalahan penyebaran Covid-19, malah semakin banyaknya varian Covid baru yang membuat rakyat bingung akan solusi yang diterapkan. Banyaknya rakyat yang memiliki ekonomi dibawah rata-rata sulit dalam memenuhi kebutuhan, pekerjaan yang sulit didapatkan, juga rendahnya jaminan kesehatan.
Kebingungan terus mereka rasakan akibat salah kebijakan. Faktanya solusi yang diterapkan tidak memberikan pengaruh terhadap masyarakat, malah memperburuk keadaan. Sehingga terjadi banyak kekacauan. Sebuah keharusan negara adalah memberikan jaminan terbaik kepada umatnya, baik kebutuhan pokok, kesehatan, pendidikan, maupun yang lain. Dengan cara mengelola sumber daya alam yang ada, baik tambang, emas, minyak bumi, serta hasil alam lainnya. Lalu memberikan hasilnya kepada umat secara merata.
Pencampakan hukum dari Maha Pencipta yakni Allah SWT, serta ketundukan penguasa terhadap ideologi Barat yakni kapitalisme, yang menyebabkan terlantarnya umat hingga saat ini. Dengan mengambil hukum syariah hanya sesuai manfaat, seperti prasmanan. Sehingga hanya melibatkan aturan Allah dalam hal ibadah spiritual semata. Dari sinilah keburukan yang terjadi memberikan efek yang begitu suram, karena hilangnya kesadaran umat akan aturan Islam yang kaffah, sejak runtuhnya negara Islam. Maka hilang pula perisai umat Islam, sejak saat itu tidak ada lagi kesejahteraan, tidak ada lagi ketenangan dan kebahagiaan yang terpancar dari kaum muslim. Dan yang mereka rasakan hanya kesengsaraan, kesuraman, serta kebingungan, seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Sejak saat itu rakyat menjadi tumbal dan incaran para kafir penjajah, agar semakin sengsara, terpuruk, dan tertinggal.
Situasi seperti ini akan terus terjadi, selama Islam belum diterapkan dalam institusi negara. Karena kekuatan akan dibangun, jika Islam sudah diterapkan secara kaffah dalam sistem bernegara, yakni dengan tegaknya khilafah. Sudah pasti setiap masalah teratasi dalam aturan yang sesuai syariah Allah SWT.
Wallahu a’lam.
[ah/LM]