Gerakan Keluarga Berdoa, Bisakah Atasi Bencana?
Oleh : Nita Karlina
(Aktivis Muslimah Kendari)
Lensa Media News – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengimbau masyarakat untuk menggelar doa bersama di rumah masing-masing agar Indonesia bebas Covid-19 (news.detik.com, 03/07/2021). Diketahui, kasus harian Covid-19 nasional di Indonesia terus menembus rekor tertinggi sejak beberapa hari terakhir ini. Terbaru, kasus harian Covid-19 bertambah 29.745 dengan angka kematian yang juga mencapai rekor 558 pada Senin (5/7/2021). Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, jumlah kasus Covid-19 akan terus meningkat hingga 12 hari mendatang (cnnindonesia.com, 06/07/2021).
Tanggapan lain pun muncul dari Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyerukan agar Indonesia mengibarkan bendera merah putih setengah tiang sebagai simbol ungkapan belasungkawa atas banyaknya pasien yang meninggal akibat virus Corona (Covid-19) pada tahun 2021 ini. Sedangkan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal mengatakan pihaknya menyerukan untuk memperbanyak doa dan selawat. (cnnindonesia.com, 06/07/2021).
Gerakan keluarga berdoa mulai digencarkan di setiap rumah. Gerakan ini dihimbau oleh pemerintah guna mencegah virus Covid -19 yang makin parah melanda negeri ini. Namun, apakah hanya dengan berdoa akan efektif? Pada dasarnya setiap mahkluk mempunyai kebutuhan yang namanya naluri tadayyun. Naluri tadayyun yaitu reaksi kemanusiaan untuk mengagungkan sesuatu yang melampaui dari dirinya dan alam semesta. Yang dimana manusia bersifat lemah dan membutuhkan sesuatu yang lebih yang patut di sembah dan dimintai pertolongan. Namun dalam setiap ujian atau cobaan yang datang menimpa, kita sebagai umat muslim diperintahkan untuk berdoa dan berikhtiar serta tawakkal dalam menghadapinya. Berdoa saja sejatinya tidak cukup untuk kita sebagai makhluk yang diberi kelebihan oleh Allah berupa akal. Ikhtiar pun wajib dilakukan sebagai bukti kita dalam berusaha. Dan usaha yang kita ambil harus sesuai dengan syariat yang ditentukan.
Al-Quran dan sunah menjadi pedoman bagi umat muslim. Dimana hukum – hukumnya berasal dari yang maha pencipta. Solusi yang yang diambil pun harus berdasarkan Al-Quran dan sunah agar sesuai dengan fitrah manusia. Pemerintah telah mengambil langkah untuk menerapkan PPKM darurat sebagai bentuk pencegahan penularan Covid-19, namun sesungguhnya itu saja tidak cukup. Terbukti dari tahun lalu kebijakan yang diterapkan tidak membawa dampak yang signifikan bagi masyarakat, cenderung malah menyebabkan masalah baru, dengan banyaknya jenis varian baru yang telah terdeteksi.
Bukan hanya itu, dengan banyaknya menteri yang melakukan korupsi terhadap dana bansos, menjadikan masyarakat semakin terpuruk dengan keadaan yang mereka alami. Inilah wajah asli kapitalisme, rakyat dijadikan korban atas kepentingan mereka para penguasa. Hukum seakan tebang pilih, jauh dari keadilan yang diharapkan. Islam telah menawarkan solusi atas semua problematika ini. Dalam pandangan Islam nyawa manusia sangat diperhatikan, maka ketika terdapat suatu wabah penyakit kebijakannya pun harus berdasarkan kepentingan orang banyak dan tidak boleh tebang pilih. Seperti yang dijelaskan dalam hadist Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Jika kalian mendengar tentang tha’un di suatu tempat maka janganlah mendatanginya, dan jika mewabah di suatu tempat sementara kalian berada di situ maka janganlah keluar karena lari dari tha’un tersebut.” (HR Bukhari). Atau biasa di sebut dengan lockdown.
Kemudian muncul pertanyaan jika rakyat tidak boleh keluar lantas bagaimana mereka menghidupi keluarga? Di sinilah peran negara dalam menjamin seluruh kehidupan rakyatnya. Negaralah yang wajib membiayai seluruh kebutuhan hidup masyarakatnya. Dengan pengelolaan sumberdaya yang benar, dan kebijakan yang sesuai dengan syariat, perekonomian negara akan selalu terkontrol. Syariat Islam sangat menjaga kedamaian dalam negerinya, maka setiap kebijakan yang di keluarkan harus memprioritaskan kepentingan rakyatnya.
Pesan yang tak kalah penting dari Rasulullah saw. ketika tertimpa musibah wabah adalah tetap membangun prasangka baik, optimistis, berdoa, dan tetap berikhtiar sekuat tenaga. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah Allah SWT Gerakan Keluarga Berdoa, Bisakah Atasi Bencana? suatu penyakit, kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya.” (HR. Bukhari). Dalam hadist yang sama “Tidaklah seorang hamba yang di situ terdapat wabah penyakit, tetap berada di daerah tersebut dalam keadaan bersabar, meyakini bahwa tidak ada musibah kecuali atas takdir yang Allah tetapkan, kecuali ia mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid.” Maka, sejatinya wabah ini merupakan ujian bagi setiap hamba-Nya. Berdoa adalah salah satu kunci obat penawarnya. Namun, jangan hanya dihimbau untuk keluarga, tetapi juga dalam pengambilan kebijakan. Dan bila benar kita membutuhkan pertolongan Allah, taubatan nasuha seharusnya dilakukan oleh seluruh masyarakat dan pemerintah, serta kembali kepada hukum Islam secara kaffah.
Wallahu a’lam bishawwab.
[ra/LM]