Muslim Rohingya Membutuhkan Perisai
Oleh: Agu Dian Sofiyani, S.S.
Lensa Media News – ” Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggungjawab atasnya. ” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i dan Ahmad).
Begitulah sabda Nabi Saw tentang peran seorang khalifah di tengah-tengah umat Islam. Sayang, sejak tahun 1924 saat kekhilafahan Turki Utsmani diruntuhkan, umat Islam otomatis tak lagi memiliki pelindung. Akhirnya kehinaan demi kehinaan, penderitaan demi penderitaan harus ditelan oleh umat Islam. Bahkan umat Islam seperti santapan yang diperebutkan oleh orang-orang kafir dan dibuat bergantung kepada mereka.
Sebagaimana yang terjadi kepada muslim Rohingya baru-baru ini, dimana beritanya menyebutkan bahwa Pemerintah Inggris dituding menelantarkan pengungsi Rohingya di Bangladesh karena memangkas bantuan kemanusiaan mereka hingga 40 persen dari sebelumnya, atau setara Rp 406 miliar. Direktur eksekutif kebijakan, advokasi, dan kampanye Save The Children, Kirsty McNeill, mengatakan bahwa Inggris mengurangi bantuan ini di kala pengungsi Rohingya justru sedang dalam waktu paling membutuhkan. Menurut catatan, setidaknya ada 885 ribu pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh, sebagian besar sejak 2017, ketika militer Myanmar melancarkan operasi yang disebut PBB sebagai genosida terhadap kelompok minoritas itu. “Ini bukan saatnya Inggris meninggalkan kepemimpinan internasional,” kata Presiden Organisasi Rohingya Burma Inggris, Tun Khin, dalam sebuah pernyataan.
“Ketika Menteri Luar Negeri, Dominic Raab, memotong bantuan, target utama pemotongan bantuan ini adalah anak-anak Rohingya. Masa depan hilang untuk anak-anak di kamp. Dengan pertumbuhan populasi yang hampir tidak menerima pendidikan apa pun, dalam 10 tahun kita akan kehilangan satu generasi” (CNN, 22/05/2021).
Inilah salah satu fakta menyedihkan yang harus dialami Muslim Rohingya. Setelah mereka mengalami genosida oleh pemerintah Myanmar, tak ada negara yang mau menerima mereka menjadi warga negara. Akhirnya nasib mereka terlunta-lunta. Sebagian menjadi pengungsi yang bergantung pada belas kasih negara-negara kafir yang tentu saja tidak akan pernah menyayangi mereka.
Padahal Arakan, asal tempat mereka tinggal sebelum diganti nama menjadi Rakhine oleh Myanmar, adalah sebuah negeri yang subur dan kaya akan sumber daya alam, antara lain cadangan minyak dan gas bumi. Wilayah ini juga memiliki sungai, danau dan laut yang terhubung langsung dengan samudera luas. Begitulah hasil kajian dari sejumlah lembaga ekonomi dan riset Komisi Penasihat untuk Rakhine pimpinan mantan Sekjen PBB Kofi Annan.
Di sektor energi, berdasar data Forbes, Rakhine memiliki kandungan cadangan minyak dan gas sebesar 11 triliun dan 23 triliun kaki kubik. Rakhine memiliki sejumlah ladang gas lepas pantai. Ada juga eksplorasi minyak lepas pantai (Newsdetik.com, 05/09/2017).
Muslim Rohingya Butuh Perisai
Persoalan yang menimpa saudara kita, muslim Rohingya hanyalah satu dari persoalan-persoalan yang bermuara pada ketiadaan perisai umat Islam yakni khilafah. Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslimin yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan dimana keamanannya pun berada di tangan kaum muslimin. Pemimpinnya disebut khalifah.
Khalifah-lah yang akan mengurusi urusan umat Islam dalam seluruh aspek kehidupan termasuk keamanannya. Khalifah akan memobilisasi tentara Islam jika ada yang melakukan penyerangan kepada umat Islam sebagaimana yang terjadi pada Muslim Rohingya. Khalifah tidak akan membiarkan Muslim Rohingya menjadi santapan orang-orang kafir dan terlunta tanpa pelindung.
Mengapa Khalifah akan berbuat yang demikian? Karena begitulah syariat Islam memerintahkan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).
Demikianlah persoalan yang menimpa muslim Rohingya akan mampu diselesaikan dengan keberadaan khilafah. Maka jika saat ini khilafah belum tegak, sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk menegakkannya.
Wallahu a’lam.
[ah/LM]