Buka Tutup Wisata, Efektifkah Cegah Penyebaran Corona?
Oleh: Khya T. Yunia
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Lensa Media News – Belum teralihkan perhatian dunia dari India dengan lonjakan kasus Covid-19-nya. Ratusan ribu kasus baru masih terus bertambah dan ratusan nyawa melayang setiap hitungan 24 jam. Kehilangan orang tersayang menjadi mimpi buruk yang mencekam dan membayangi warga India akibat pandemi yang kian tak dapat dikendalikan.
Apa yang terjadi di India adalah akibat kelalaian. Membiarkan terjadinya kerumunan di saat pandemi yang belum terselesaikan menjadi kesalahan fatal pemerintah India dalam menentukan kebijakan. Tindakan abai pada protokol kesehatan pun kian memperburuk keadaan. Hingga terjadinya superspreader juga superstrain virus corona pun tak terelakkan.
Situasi ini sungguh mengerikan. Sehingga sudah semestinya negeri ini mengambil pelajaran. Melihat India yang telah salah menentukan kebijakan. Seharusnya pemerintah dapat menjadikannya rujukan dalam membuat kebijakan yang akan membuat rakyat mendapat jaminan keselamatan.
Sayangnya, yang nampak kini tidaklah demikian. Alih-alih membuat kebijakan yang tegas, pemerintah justru bersikap plin-plan. Sikap tidak konsisten pemerintah membuat pandemi ini tak kunjung terselesaikan. Bagaimana tidak, pada saat pemerintah bersikeras menerapkan larangan mudik pada momen Idul fitri tahun ini, tetapi di sisi lain pemerintah membuat kebijakan pembukaan wisata. Bahkan memberi izin pada masuknya ratusan TKA China.
Kebijakan itu justru kontraproduktif dengan upaya menekan laju penyebaran virus corona. Pemerintah berdalih aktivitas wisata hanya akan bersifat lokal. Sebagai alternatif hiburan bagi mereka yang tak dapat mudik lebaran. Namun faktanya, dibukanya wisata tetap memicu terjadinya kerumunan. Dan saat protokol kesehatan pun mulai diabaikan, potensi munculnya klaster wisata dalam penyebaran virus corona pun bisa jadi tak terhindarkan.
Keputusan pemerintah untuk menutup sementara beberapa destinasi wisata pun seakan tak lagi berguna. Sebagaimana diberitakan bahwa Pantai Ancol akhirnya ditutup sementara setelah sebelumnya jumlah pengunjungnya membludak hingga tembus 39.000-an pengunjung. Para pengunjung ini terlihat asyik mandi di pantai tanpa mengindahkan protokol kesehatan (Sindonews.com, 16/05/2021).
Tidak hanya Pantai Ancol, sejumlah tempat wisata lain pun terpantau penuh sesak oleh pengunjung. Kebanyakan dari mereka tidak menjaga jarak bahkan banyak pula yang tidak mengenakan masker. Pantai Pangandaran, Pantai Batu Karas, Taman Margasatwa Ragunan (TMR) hingga Taman Mini Indonesia Indah (TMII) terlihat dipenuhi pengunjung. Mereka menimbulkan kerumunan dan mengabaikan protokol kesehatan.
Merespon kejadian tersebut Pemerintah Provinsi DKI pun mengeluarkan Surat Edaran Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta Nomor 1790/-1.858.2 yang diterbitkan Sabtu (15/05/2021). Selain Pantai Ancol, TMR, dan TMII menjadi dua destinasi wisata lain yang harus ditutup sementara.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga menginstruksikan untuk menutup akses menuju objek wisata di Pangandaran dan Ciwidey. Instruksi tersebut juga dikeluarkan sebagai respon atas keramaian wisatawan yang memadati obyek wisata di kawasan tersebut selama libur lebaran (Kompas.com, 16/05/2021).
Akan tetapi, upaya penutupan berbagai lokasi wisata ini nampaknya tidak akan memberi dampak signifikan. Penutupun yang sifatnya hanya sementara dan dilakukan setelah terjadinya kerumunan tentu tidak dapat menghilangkan risiko penyebaran virus corona. Hal itu lebih hanya demi meredam gejolak di masyarakat atas penanganan pandemi yang kian terkesan sekadarnya.
Keseriusan pemerintah dalam mengatasi pandemi juga dipertanyakan akibat kebijakan yang makin plin-plan. Kebijakan pembukaan wisata dengan dalih penyelamatan ekonomi pun kini menjadi bumerang akibat munculnya kerumunan yang berpotensi menjadi pusat penyebaran. Dan saat akhirnya wisata ditutup kembali, lagi-lagi rakyat jugalah yang dirugikan. Mereka yang menggantungkan hidup pada sektor ini pun terpaksa kembali kehilangan pemasukan. Sudahlah rakyat dirugikan dari sisi kesehatan dengan resiko penularan Covid-19, mereka pun dirugikan dari segi ekonomi karena kehilangan pendapatan.
Sudah menjadi rahasia umum ke mana arah kebijakan pemerintah selama ini. Yang demi tak mau rugi secara ekonomi negeri ini mengambil risiko tinggi makin meluasnya pandemi. Tidak hanya itu, faktanya pemerintah pun tak pernah konsisten dalam penerapan tiap kebijakan. Sebagaimana saat mudik dilarang tetapi wisata justru digalakkan. Mobilitas dalam negeri dibatasi tetapi kedatangan dari luar negeri dibiarkan terus terjadi.
Sudah saatnya pemerintah kita belajar dari India. Jangan sampai setelah adanya superspreader dan munculnya superstrain virus corona pemerintah baru memikirkan hendak berbuat apa. Sekaranglah saatnya serius dalam menetapkan kebijakan. Jangan sampai kesehatan dan nyawa rakyat dipertaruhkan.
Wallahu a’lam bishshawab.
[ah/LM]