Konflik di Al Aqsha, Negeri Anbiya yang Terkoyak
Oleh Rayani umma Aqila ( Aktifis Muslimah Sultra)
Lensa Media News – Negeri Palestina tak hentinya menjadi sasaran serangan brutal dari zionis Israel, kali ini terjadi setelah bentrokan tentara Israel dan warga Palestina dipicu oleh putusan Pengadilan Pusat Israel di Yerusalem Timur yang menyetujui untuk mengusir tujuh keluarga Palestina dari rumah mereka. Polisi Israel mengusir penduduk Palestina dari Syaikh Jarrah secara paksa. Penyerangan bermula saat umat Islam mulai memadati kompleks Masjidil aqsa untuk berburu malam Lailatul qadar. Polisi Israel datang kemudian menembakkan peluru karet dan granat kejut kepada jemaah shalat tarawih pada Jumat lalu.
Suasana malam takbiran hingga hari raya pun dipenuhi dengan desingan roket yang menghujani jalur Gaza. Hingga Jumat sore tercatat sudah ada 119 warga Palestina yang meninggal dunia, termasuk anak-anak. Aksi represif itu pun menimbulkan lebih dari 100 muslim Palestina alami luka-luka. Melihat hal tersebut, warga Palestina dari berbagai wilayah di Yerusalem membanjiri lingkungan tersebut, lalu mengusir pemukim Yahudi yang tiba di sana. Terjadilah bentrok antara polisi Israel dan pemuda Palestina.
Aksi represif aparat Israel terhadap muslim Palestina inipun mendapat kecaman dari belahan dunia. Mereka tidak tinggal diam dan ikut mengecam atas kebrutalan aparat Israel yang mengintimidasi muslim Palestina. Israel diminta menghentikan aksi represifnya. Terkait itu, pun Koalisi Perempuan Indonesia untuk Al-Quds dan Palestina (KPIQP) ikut menyampaikan pandangannya dalam aksi damai secara virtual pada Minggu, 9 Mei 2021, KPIQP bersama sejumlah ormas perempuan lain di Tanah Air seperti PP Salimah, PP Muslimat Mathlaul Anwar, PP Muslimat Al Washliyah, hingga Muslimat DDII ( Viva.co.id 10 Mei 2021).
Demikian pula dari Komisi VIII DPR yang mengecam tindak kekerasan yang dilakukan polisi Israel terhadap warga Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem. Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mesti turun tangan (detikNews, 10/5/2021). Berulangnya penyerangan Israel pada Palestina seakan menjadi indikasi bahwa konflik di Palestina benar-benar dipenuhi dengan kepentingan. Dunia seolah tidak bisa berbuat apa-apa. Pemimpin di negeri-negeri muslim hanya beretorika tak memberi solusi berarti.
Seluruh media memberitakan kondisi Gaza dengan cepat. Namun, tidak ada satu pun pemimpin negeri-negeri muslim yang mengirimkan tentaranya untuk membantu Palestina. Mereka hanya mampu mengecam dan beretorika yang tak sama sekali membuat Israel ketakutan. Sungguh ironis, negeri-negeri muslim yang mengelilingi Palestina, nyatanya hanya diam. Lihatlah bagaimana Mesir yang berbatasan langsung dengan Gaza, bahkan menutup perbatasan dengan alasan urusan bangsa Palestina. Inilah akibat perjanjian Sykes-Picot yang telah menjadikan kaum muslim menjadi negara-negara kecil. Tak peduli dengan sesama muslim lainnya. Sungguh, sekat nasionalisme telah menjauhkan kepedulian di antara umat muslim dunia. Oleh karenanya, yang terjadi di Palestina adalah konflik agama, bukan sekadar konflik politik maupun Kemanusiaan.
Serangan Israel terhadap jamaah tarawih masjid Al-Quds dan pengusiran terhadap warga Shaekh Jarrah mustahil bisa diselesaikan hanya dengan kecaman oleh OKI dan resolusi baru oleh PBB. Hal penting ini membutuhkan sebuah tindakan nyata karena tindakan represif ini sudah bertahun-tahun dilakukan Israel tehadap warga Palestina. Kecaman demi kecaman sudah sering dilakukan oleh berbagai ormas, kelompok, dan lainnya, namun tidak membuahkan hasil, justru Israel semakin brutal. Maka dari itu, dibutuhkan kekuatan militer yang bisa membebaskan kaum muslim dari berbagai serangan dan tindakan represif.
Kekuatan militer yang dibutuhkan ini tentu tidak lepas dari peran negara. Dimana negara tersebut memiliki tujuan membentuk kekutan militernya membebaskan kaum muslim dari penindasan. Hingga saat ini, tidak ada satu pun negara yang memiliki kekuatan militer dengan tujuan tersebut, kecuali bila terwujud negara Islam. Oleh karena itu, tidak ada cara lain untuk menyelesaikan konflik yang menimpa kaum muslim di berbagai penjuru negeri, khususnya di Palestina, kecuali hanya dengan kekuatan militer. Membutuhkan kekuatan tentara muslim yang membela kehormatan agamanya dan melindungi saudaranya.
Persatuan negeri-negeri muslim dalam satu komando akan menghimpun kekuatan yang menakutkan negara adidaya saat ini. Sehingga, negeri-negeri muslim bisa terbebas dari penjajahan Barat dan berdaulat penuh. Pengerahan pasukan pun akan terlaksana dan Palestina terbebas dari penjajahan Israel. Inilah kemenangan hakiki kaum muslim, melalui tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah. Maka, tak ada cara lain untuk mengakhiri konflik di Palestina negeri para Nabi atau Anbiya kecuali dengan mengirimkan pasukan agar bumi Palestina bisa terbebas. Wallahu a’lam Bisshowab. [LM]