Perawat Disayang, Perawat Ditendang
Viral. Seorang perawat Cristina Ramauli S. (27) dianiaya oleh keluarga pasien berinisial JT di RS Siloam Palembang (15/4). Dalam video berdurasi 1.31 menit, menunjukkan seorang pria di kamar rumah sakit no. 6026 menganiaya perawat tersebut. Hingga korban mengalami memar di beberapa bagian tubuh.
Sungguh tidak patut. Hari ini kekerasan ditemukan pada hampir semua sendi kehidupan. Pegawai oleh atasan, pembantu oleh majikan. Seakan menyuarakan bahwa si kuat berhak atas yang lemah. Perawat menjadi korban terlebih di masa pandemi saat ini.
Saat pasien dirawat, perawat adalah keluarga kedua yang terdekat. Hubungan yang terjalin seharusnya upaya pemenuhan hak satu sama lain. Perawat melakukan perasat sesuai Standard Operation Procedure yang ditentukan. Menjaga kode etik dan memberikan layanan terbaik. Tanpa membedakan suku, ras, agama, dan status sosial. Termasuk memiliki skill berkomunikasi interpersonal.
Dalam Islam, perawat adalah salah satu profesi fardu kifayah dan pasien adalah amanah. Sehingga dalam melayani tak cukup hanya bermodal ilmu dan teori. Landasan keimanan membentuk sikap berhati-hati. Ramah dan sopan bukan karena ingin dipuji, melainkan karena Ilahi. Keikhlasan membuat jiwa perawat yang bersahabat dan mudah tercipta suasana kekeluargaan.
Pasien dan keluarga tak sepantasnya arogan. Menghormati dan menjunjung tinggi jasa orang yang sudah membantu adalah kebaikan sekaligus wasilah kesembuhan.
Dalam sistem sekuler-kapitalis ini, agama dipisahkan dalam kehidupan dan uang yang dituhankan. Akhirnya, saling menuntut sesuai harga yang sudah dibayarkan.
Semua akan terus terjadi selama negara berdiam diri. Perawat yang tersakiti atau pasien yang merasa rugi. Butuh pondasi dalam menjaga ketakwaan individu dan kontrol masyarakat yang harus difasilitasi. Serta peran negara menerapkan total syariat Islam tanpa tebang pilih, untuk melindungi seluruh profesi yang berkontribusi positif demi generasi dan keberkahan negeri. [LM/Faz]
ESA Mardiah
(Alumni Sekolah Perawat Kesehatan)