Mengais Solusi dari Jebakan Middle Income Trap
Oleh: Ria Asmara
Lensa Media News – Asas-asas ekonomi Islam akhirnya diakui Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa menjadi solusi utama Indonesia untuk lepas landas dari jebakan middle income trap atau jebakan negara berpendapatan menengah. Pengakuan itu disampaikan Sri Mulyani dalam webinar IAIE pada Selasa (6/4). Dia mengurai, asas-asas ekonomi Islam yang meliputi keadilan, kejujuran, transparansi, tata kelola yang baik, hingga pengelolaan sumber daya manusia (SDM) jika dikerjakan dengan baik, maka ekonomi Indonesia menggeliat (Gelora.co, 07/04/2021).
Wajar jika menteri berpredikat terbaik dunia ini melirik asas-asas ekonomi Islam, karena jebakan middle income trap diyakini terjadi karena tata kelola ekonomi yang buruk, tidak teroganisasi, tidak rapi, juga karena ketidakjujuran dan tingkat korupsi yang tinggi.
Yang menjadi pertanyaan, apakah bisa negeri ini keluar dari jebakan middle income trap dengan cara mengambil Islam hanya sebagian atau asas ekonomi saja? Padahal karut-marut perekonomian yang terjadi di negeri ini tidak terlepas dari karut-marutnya perpolitikan, peradilan, dan sebagainya.
Munculnya masalah di satu sisi kehidupan, tidak terlepas dari masalah di sisi kehidupan yang lain. Tidak bisa, Islam hanya diambil sisi ekonominya saja sedang sisi kehidupan yang lain tidak diperbaiki dengan Islam. Tidak akan lahir SDM adil, jujur, dan tidak korup ketika sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalis, sistem yang berpihak pada para kapital. Sistem yang berpihak pada kepetingan pemilik modal.
Sebetulnya, Indonesia berpotensi keluar dari jebakan middle income trap. Namun dengan catatan, Islam diambil atau diterapkan secara kaffah. Mengapa harus kaffah? Karena sebagai ideologi, Islam tidak hanya mengatur persoalan akidah dan ibadah, tetapi Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk persoalan ekonomi di dalamnya.
Dengan kekayaan alam berlimpah yang Allah titipkan, tidak masuk akal jika negeri ini terjebak dalam middle income trap dan utang luar negeri yang sangat besar. Islam memandang kekayaan alam sebagai kepemilikan umum. Wajib dikuasai dan dikelola oleh negara untuk kemaslahatan rakyat secara umum. Faktanya, sumber daya alam di negeri ini dikuasai oleh asing.
Jika kekayaan alam yang begitu berlimpah dikelola dengan tepat dengan sistem Islam, seluruh penduduk negeri ini akan sejahtera. Bonus demografi yang ada tentu juga tidak akan menjadi masalah, tetapi justru menjadi berkah.
Karena roda ekonomi tentu akan berjalan dengan baik karena didukung oleh SDA dan SDM yang banyak dan berkualitas.
Ekonomi riil akan tumbuh subur. Negara memiliki pemasukan yang cukup banyak. Sehingga negara mampu membuka lapangan pekerjaan bagi para pencari nafkah dengan upah yang layak. Negara juga mampu menyediakan kebutuhan pokok rakyat dengan murah bahkan gratis.
Untuk itu, sudah tepat jika mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, Sri Mulyani, melirik asas-asas ekonomi Islam untuk keluar dari jebakan middle income trap. Namun, Islam tidak bisa diambil sebagian saja. Islam harus diambil secara kaffah. Islam harus diterapkan dalam seluruh sistem kehidupan. Islam harus dijadikan sebagai hukum positif.
Wallahu a’lam bishshawab.
[ah/LM]