Menjadi Umat Terbaik dengan Syariat Islam
Oleh : Kunthi Mandasari
(Pegiat Literasi)
Lensa Media News – Salah mengambil langkah membuat raksasa korporasi teknologi diambang kebangkrutan. Sejumlah pengguna melayangkan kritik pada aplikasi WhatsApp. Hal ini terjadi akibat diterbitkannya kebijakan privasi baru, yaitu data pribadi penggunanya bisa dibagi kepada Facebook. Rencananya tanggal 8 Februari 2021 ini mulai diberlakukan. Apabila pengguna tidak setuju, maka pelayanan aplikasi WhatsApp tidak bisa digunakan lagi.
Sejak pengumuman tersebut gelombang eksodus mulai terjadi. Sejumlah pengguna mulai meninggalkan aplikasi WhatsApp dan berpindah ke aplikasi lain. Bahkan mereka secara terang-terangan mengajak pindah ke aplikasi lain yang dianggap lebih aman dan menjaga privasi mereka, seperti BIP, Signal, dan telegram. Ketiganya memang bukan aplikasi baru, tetapi selama ini keberadaan mereka kalah pamor dengan aplikasi WhatsApp.
Tercatat unduhan WhatsApp berkurang menjadi 10,6 juta. Hal ini membuat WhatsApp segera mengklarifikasi. Pihak WhatsApp akan menunda kebijakan tersebut dan bakal meminta pendapat terlebih dahulu dari berbagai kalangan secara bertahap (CNNIndonesia, 16/1/2021). Bahkan belakangan turut muncul status pemberitahuan dari WhatsApp bahwa pihaknya akan berkomitmen menjaga privasi pengguna.
Upaya eksodus yang dilakukan pengguna aplikasi ternyata mampu menggertak korporasi raksasa. Bayangkan jika gerakan ini diterapkan pada potensi umat Islam dengan bersatunya pemikiran dan perasaan dalam satu mimpi yang besar, yaitu kebangkitan peradaban Islam. Tentunya akan menjadi kekuatan yang besar dimana keberadaannya mampu mengalahkan dominasi sistem demokrasi kapitalis saat ini.
Walaupun kaum Muslim belum memiliki kepemimpinan politik sendiri. Namun, setidaknya keberanian umat memutus hubungan dengan korporasi kapitalis global mampu menggertak raksasa teknologinya. Tentu hal itu mampu menjadi indikasi awal bahwa umat Islam sebenarnya mampu melawan hegemoni kapitalisme ini. Apalagi jika gertakan ini diikuti dengan langkah berani dunia Islam keluar dari cengkeraman kapitalisme. Tinggal menunggu waktu saja posisi khoiru ummah kembali melekat pada diri kaum Muslim.
Allah telah memberikan kaum Muslim gelar umat terbaik. Sayangnya, gelar itu masih belum terwujud akibat dicampakkan Islam dari kehidupan umat. Alhasil, potensi kaum Muslim banyak yang tenggelam dan rusak akibat penerapan sistem kapitalisme.
Padahal potensi yang dimiliki kaum Muslim sangat besar. Baik dari aspek populasi, demografi, militer, ekonomi hingga kekuatan ideologinya. Salah satu modal besar yang diperlukan untuk menjadi super power di masa mendatang adalah jumlah populasi yang besar. Lembaga riset asal Amerika Serikat (AS) Pew Research Center (PRC) memprediksi, Islam akan menjadi agama terbesar di dunia pada 2075. Hal ini terjadi seiring dengan terus bertambahnya kelahiran di keluarga Muslim (Viva.co.id, 12/09/2020).
Sebaran kaum Muslim pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Mulai dari kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Barat, Asia Tenggara hingga Afrika memiliki populasi Muslim yang besar. Belum lagi angka pertumbuhan kaum Muslim yang berada di negara-negara minoritas Muslim, pertumbuhannya kian hari kian pesat.
Jumlah militer kaum Muslim jika disatukan dalam satu komando mampu menandingi kekuatan AS, China, Rusia dan sekutunya. Dari aspek ekonomi jelas negeri-negeri Muslim dikaruniai kekayaan yang melimpah. Terbukti dari upaya kaum kapitalis untuk terus menguasai kekayaan kaum muslim. Negeri-negeri muslim tercatat sebagai penghasil minyak dan tambang terbesar di dunia. Sektor pertanian Indonesia dan Bangladesh menjadi produsen beras terbesar ke-3 dan ke-4 dunia. Sayangnya negara-negara tersebut sengaja dimandulkan dan dijadikan negara importir akibat penerapan sistem kapitalisme.
Dari semua potensi yang dimiliki kaum muslim, ideologinya yang paling membuat negara Barat gentar. Ideologi Islam merupakan ideologi yang paling tinggi. Ideologi ini mampu mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki kaum Muslim. Kegemilangannya telah terbukti berabad-abad lamanya. Namun, untuk mengembalikan itu semua perlu adanya kesadaran umat Islam. Bahwa hanya dengan penerapan Islam secara kaffah kaum muslim bisa kembali mulia.
Wallahu’alam bishshawab.
[ry/LM]