Berharap pada Joe Biden? Forbidden!
Oleh : Alfiana Rahardjo, S.P
Lensa Media News – Amerika Serikat tengah bergembira pasca terpilihnya presiden baru, Joe Biden. Pemilu yang baru saja diselenggarakan, memenangkan Joe Biden atas Trump. Kemenangan Joe Biden pada Sabtu 7 November 2020 menempatkannya di atas ambang 270 suara Electoral College (antaranews.com,8/11/2020).
Sebagai Presiden, Biden berjanji kepada umat Islam akan memperlakukan agama Islam sebagaimana mestinya. Hal itu diungkapkannya melalui kanal YouTubenya.
“Saya berjanji kepada Anda sebagai presiden, Islam akan diperlakukan sebagaimana mestinya, seperti keyakinan agama besar lainnya. Saya bersungguh-sungguh,” kata Joe Biden. Biden juga menegaskan bahwa “Suara Muslim Amerika akan menjadi bagian dari pemerintahan jika saya mendapatkan kehormatan menjadi presiden, saya akan mengakhiri larangan (Travel ban) bagi muslim pada hari pertama,” tambah Biden dalam video tersebut (jakbarnews. com,7/11/2020).
Tentu saja pernyataan Biden tersebut membuat publik bersimpati. Mereka terharu bahkan ada yang mendoakannya. Memang berbeda dengan Trump, Biden terkesan kalem dan seolah memberi angin segar bagi kehidupan umat Islam yang selama ini tertekan oleh sikap presiden AS sebelumnya itu.
Namun, pemerintahan AS tetaplah sama meski berganti pemimpinnya. Seperti kita ketahui AS merupakan negara pengemban ideologi kapitalis tulen, dimana sepanjang sejarah kepemimpinan negeri ini telah menancapkan kekuasaannya terhadap negeri-negeri muslim. Menyebarluaskan ideologinya dengan gaya imperialismenya.
Selain itu, meski AS disebut negara adidaya, namun dibalik itu semua AS menyimpan persoalan dalam negeri yang juga pelik. Seperti kemiskinan, kriminalitas, bahkan utang yang banyak. Siapa sangka, negara super power tersebut justru menempati peringkat teratas negara dengan tingkat kredit tertinggi di dunia. Semasa kepemimpinan Donald Trump jumlah utang negara mencapai US$ 21 miliar atau hampir setara dengan Rp 300 ribu triliun pada tahun 2018. Dari total utang negara – negara di dunia, kurang lebih 31 persennya merupakan utang Amerika Serikat.
Wajah dan style memang beda tapi selama ideologi yang diemban sama, perubahan yang diharapkan hanyalah mimpi. Selama ideologi kapitalis masih diterapkan, umat Islam tetap akan terjajah. Imperialisme masih tetap berlaku hanya saja dengan lagam yang lebih halus. Bila umat Islam tak waspada maka akan terhipnotis dengan kata-kata manis.
Sejatinya umat Islam tak perlu bersandar pada akar lapuk. Berharap pada negara yang telah menyebabkan konflik dan pemecah persatuan umat Islam di dunia, serta kondisi internal negara yang sudah rapuh.
Sudah seharusnya umat Islam bersandar pada akar yang kuat. Berharap pada satu-satunya sebuah sistem yang paripurna. Sistem yang terkuat karena langsung dari Allah Dzat yang paling hebat. Bukan dari manusia.
Sistem Islam-lah yang merupakan sistem terkuat dan mampu menandingi kekuatan Amerika Serikat. Sistem yang mampu menyelamatkan umat Islam dari keterpurukan. Sistem yang pantas dijadikan satu-satunya harapan terbaik bagi umat Islam untuk keluar dari penjajahan AS dan sekutunya. Hanya sistem Islam-lah yang bisa sejalan dengan harapan umat Islam agar menjadi umat yang merdeka. Berharap pada Joe Biden, forbidden!
Wallahu a’ lam bish showab.
[ry/LM]