Kesabaran dalam Menghadapi Pandemi
Oleh: Kunthi Mandasari
Lensa Media News – Dalam acara Takbir Virtual Nasional dan Pesan Idul Fitri, Sabtu (23/05) dari Majid Istiqlal, Jakarta, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengingatkan umat muslim agar tetap mematuhi protokol kesehatan dalam merayakan hari kemenangan. Ma’ruf mengingatkan bahwa momen ini harus dimanfaatkan untuk memperkuat iman dan takwa agar memperoleh keberkahan. Selain itu Ma’ruf juga meminta masyarakat untuk lebih bersabar di tengah pandemi wabah Corona. (tempo.co, 23 Mei 2020).
Sabar dalam menghadapi wabah Corona memang harus dimiliki oleh setiap umat manusia. Tanpa rasa sabar banyak orang hilang akal. Ada yang depresi kemudian mengakhiri hidup. Ada pula yang terjebak pada tindak kriminal dengan alasan hidup perlu makan.
Sabar bukan berarti menanggalkan ikhtiar. Justru ikhtiar terbaik harus diupayakan. Agar hasil yang diperoleh bisa maksimal. Namun, apakah upaya dalam menangani wabah yang selama ini dilakukan sudah mencerminkan sikap takwa dan beriman seperti yang disampaikan oleh wakil presiden kita?.
Sejumlah kebijakan seperti lockdown yang telah diserukan oleh ahli medis, diabaikan. Ada pemotongan insentif tenaga medis yang tengah berjuang mengorbankan nyawa. Kemudian tidak diturunkanya BBM (Bahan Bakar Minyak) dikala harga minyak dunia anjlok. Juga dinaikkannya premi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) di saat banyak perusahaan bangkrut dan pekerja di PHK.
Selain itu, di saat seperti ini UU Corona disahkan agar pengelolaan dana suatu saat tidak bisa dipermasalahkan. Tenaga kerja asing pun dimasukkan ke dalam negeri untuk menjadi pekerja. Parahnya lagi, diterapkan ‘new normal’ disaat kurva wabah masih belum melandai.
Berbagai kebijakan di atas jelas bukan diambil dari iman dan ketakwaan. Karena kebijakan tersebut justru bertentangan dengan syariat Islam. Kebijakan yang telah diambil justru mencerminkan sistem kapitalisme. Dimana motif ekonomi menjadi hal utama yang dipertimbangkan.
Islam memberi contoh nyata tentang hakikat sabar dalam musibah. Kesabaran yang dibalut dengan iman dan ketakwaan dengan hanya bersandar pada hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Sabar dalam menghadapi wabah memang sebuah keharusan. Namun, kesabaran tidak berlaku bagi tindak kezaliman. Apalagi sebuah kebijakan bisa berpotensi menyengsarakan banyak orang.
Padahal dalam mengambil kebijakan kita memiliki keleluasan untuk memilih. Apakah mau memakai aturan dari Allah Swt. atau menggunakan akal? Hasilnya pasti berbeda. Upaya terbaik dalam Islam ketika menangani wabah, yaitu dengan mengambil langkah-langkah hanya sesuai dengan Alquran dan Sunnah. Tidak mengambil kebijakan apa pun selain dari syariat Islam.
Begitulah yang seharusnya kaum muslim lakukan. Karena konsekuensi dari keimanan ialah terikat dengan syariatnya secara total. Dengan jalan inilah keberkahan hidup bisa didapatkan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-A’raf 7: 96).
Wallahu’alam bishshawab.
[ra/LM]