Harga Rumah Tak Ramah, Gen Z Susah

Oleh: Asha Tridayana
Lensamedianews.com, Opini —Menjadi keinginan setiap orang untuk memiliki rumah sendiri, terlebih lagi saat memulai keluarga baru, termasuk Generasi Z. Mereka mulai memikirkan cara agar bisa mempunyai rumah di usia muda.
Namun, fakta perekonomian saat ini semakin sulit. Harga rumah semakin tinggi. Hal ini menjadikan Gen Z terbebani. Sebuah penelitian oleh Pew Research Center tahun 2019 menunjukkan Gen Z menghadapi tantangan besar dalam memiliki rumah karena kenaikan harga properti sangat pesat dari tahun ke tahun dan tidak sebanding dengan gaji yang diperoleh. Minimnya pendapatan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, jarang sekali bisa disisihkan terlebih bagi mereka yang memiliki utang cukup besar. Tentu semakin mempersempit kesempatan untuk memiliki rumah sendiri. (kumparan.com, 10-02-2025).
Di sisi lain terdapat peluang bagi Gen Z untuk memiliki rumah atau berinvestasi di bidang properti melalui Program Sejuta Rumah. Program subsidi dari pemerintah untuk mempermudah pembelian rumah. Melalui opsi pembiayaan dan perkembangan teknologi keuangan (fintech) menjadi solusi bagi Gen Z dalam membeli rumah. Hal ini disampaikan oleh CEO & Founder Pinhome, Dayu Dara Permata yang memahami keinginan Gen Z di tengah kesulitan hidup menjadi Sandwich Generation dengan keterbatasan gaji. Sementara Data Pinhome Home Value Index (PHVI) Kuartal IV-2024, terdapat beberapa lokasi dengan kecenderungan mengalami ketahanan pasar atau bahkan terjadi penurunan harga jual rumah. (antaranews.com, 14-02-2025).
Tidak dimungkiri, Gen Z mengalami banyak tantangan baik dalam mencari pekerjaan hingga memenuhi kebutuhan hidup termasuk kepemilikan rumah. Kalaupun telah bekerja, gaji yang diperoleh hanya cukup untuk biaya hidup karena kebanyakan gaji setara Upah Minimum Regional (UMR) atau bahkan dibawah UMR. Tentu harapan memiliki rumah sendiri semakin jauh dari jangkauan. Padahal sejatinya tempat tinggal yang layak merupakan kebutuhan pokok dalam menunjang kelangsungan hidup.
Sementara harga tanah dan properti mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jarang sekali terjadi penurunan harga, kalaupun ada biasanya lokasi pemukiman sudah tidak kondusif seperti rawan banjir, lingkungan toksik, dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan hampir mustahil bagi Gen Z untuk dapat memiliki rumah di tengah kesulitan ekonomi saat ini. Apalagi tidak sedikit Gen Z lebih suka mengikuti tren gaya hidup hingga berutang daripada mencari peluang dalam mengelola keuangan. Menabung pun menjadi alternatif terakhir, bukan prioritas.
Melihat kesulitan yang dialami Gen Z, pemerintah menawarkan kemudahan dalam memiliki rumah melalui Program Sejuta Rumah yang merupakan program rumah bersubsidi dengan persyaratan tertentu. Seolah hal ini menjadi angin segar, padahal faktanya negara semakin berlepas tangan dari tanggung jawab. Solusi yang hanya bersifat parsial sehingga tidak menuntaskan masalah, justru menjerat Gen Z dalam lingkaran utang.
Kondisi semacam ini tentu tidak terlepas dari sistem kapitalisme yang diterapkan negara sebagai pengatur segala urusan rakyat. Sistem yang memberikan banyak kemudaratan hingga hidup rakyat semakin sengsara. Seperti yang dialami kebanyakan Gen Z dengan mental yang tidak stabil malah mendapat banyak tekanan. Termasuk solusi praktis dengan rumah subsidi juga lahir dari sistem yang berasaskan manfaat. Para kapitalis dan penguasa bekerja sama menggali keuntungan di setiap kesempatan. Mereka tidak peduli dengan nasib rakyat sekalipun Gen Z yang sebetulnya diharapkan menjadi generasi penerus. Sistem kapitalisme yang telah bercokol lama di negara ini, menggerogoti setiap aspek kehidupan membuat rakyat semakin jauh dari pemahaman solusi hakiki.
Oleh karena itu, sudah saatnya negara membebaskan diri dari cengkeraman kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam yang sahih yakni Khilafah. Sistem yang jelas bersumber dari Allah SWT Maha Pencipta seluruh alam dan seisinya termasuk manusia. Sehingga segala aturan dalam Islam akan sesuai dengan fitrah manusia dan demi kemaslahatan hidupnya. Tidak ada keberpihakan yang hanya menguntungkan sekelompok tertentu dan menindas yang lain. Justru dengan Islam diterapkan dalam negara (Khilafah), seluruh rakyat akan mendapatkan kesejahteraan dan keadilan.
Khilafah sebagai institusi yang menjalankan Islam akan berupaya menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar setiap individu baik sandang, pangan, maupun perumahan. Kemudian khalifah benar-benar menjadi raa’in yang mengurusi kebutuhan umat dan memastikan seluruh umat mendapatkan perlakuan yang sama termasuk mendapatkan tempat tinggal yang layak dan berkualitas baik secara langsung tidak langsung. Khalifah menyadari amanah kepemimpinan yang akan dipertanggungjawabkan.
Rasulullah saw. bersabda, “Tiada seorang yang diamanati oleh Allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan baginya surga.” (HR. Bukhari, Muslim).
Wallahu a’lam bishshawab. [LM/Ah]