Gas Langka, Emak-Emak Merana!

Red and White Onfire Oil Gas Company Logo_20250212_155831_0000

Oleh: Nanis Nursyifa 

 

Lensa Media News- Kalian masih gak asing kan dengan jargon “Oke Gas?” Menurut kalian apakah jargon ini Masih relevan dengan kondisi saat ini dimana gas LPG 3kg mulai langka bahkan untuk sebagian wilayah belum ada? Jelas ini kondisi yang sangat memperhatikan apalagi dengan kondisi perdapuran emak-emak, sungguh tidak sejalan bukan?

Untuk para remaja ataupun pemuda, kondisi saat ini mungkin tdaklah mempengaruhi kehidupan mereka, tapi untuk para emak-emak jelas sekali kondisi ini membuat emak-emak tersiksa. Ya, gas adalah bahan bakar utama untuk memasak, jika tidak ada gas para emak-emak tidak bisa memasak makanan untuk memenuhi kebutuhan makan para keluarganya. Belum lagi kalau kita bicara para pedagang keliling atau warteg para pedagang pun tentunya kena imbas atas kelangkaan gas ini.

Beberapa fakta menyebutkan dalam sepekan terakhir, gas LPG 3kg mengalami kelangkaan di sejumlah wilayah, termasuk di Kelurahan Pasar Manggis, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.

Berdasarkan pantauan Beritasatu.com di pangkalan elpiji 3 kilogram, stok gas melon subsidi itu sudah sangat langka sejak seminggu terakhir.

Pemilik pangkalan gas LPG 3 kilogram Merry (56) mengatakan, kelangkaan ini karena stok yang diberikan agen terbatas, kemudian diperparah dengan libur Isra mi’raj dan Imlek, yang menghambat pendistribusian gas ke pangkalan-pangkalan.

“Kelangkaannya seminggu lebih karena ada tanggal merah atau Imlek kemarin”, kata Merry kepada Berisatu.com Jumat, (31/1/2025).

Selain itu, LPG juga dikeluhkan langka di berbagai tempat karena adanya perubahan sistem pendistribusian LPG yang mewajibkan pengecer beralih menjadi pangkalan resmi agar bisa mendapatkan stok gas melon untuk dijual. Kebijakan ini tentunya menyulitkan bahkan dapat mematikan bisnis pengecer bermodal kecil dan memperbesar bisnis pemilik pangkalan.

Tak bisa kita pungkiri, perubahan sistem pendistribusian tersebut adalah sebuah keniscayaan dalam sistem ekonomi kapitalisme. Karena salah satu sifat dari sistem kapitalisme ini adalah memudahkan para pemilik modal besar untuk menguasai pasar dari bahan baku hingga bahan jadi.

Sistem ini juga meniscayakan adanya liberalisasi (migas) dengan memberi jalan bagi korporasi untuk mengelola SDA yang sejatinya milik rakyat. Yang seharusnya negaralah yang harus mengelola migas ini untuk nantinya di distribusikan kepada rakyat.

Berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam punya cara tersendiri dalam mengelola migas. Dijelaskan dalam sistem ekonomi Islam bahwa migas termasuk kepemilikan umum bukan individu. Dan yang wajib mengelola migas itu sendiri adalah negara, yang nantinya dikembalikan lagi hasilnya untuk kepentingan rakyat, sebagaimana fungsi utama negara adalah sebagai raa’in.

Negara juga wajib memudahkan masyarakat dalam mengakses kebutuhan dan layanan publik, fasilitas umum dan sumber daya alam yang merupakan hajat publik termasuk di dalamnya migas.

Jika pada kenyataannya penguasa mempersulit akses rakyat termasuk didalamnya akses mendapatkan migas maka ingatlah kembali doa Rasulullah ini

اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ

 وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ

Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan untuk mengurusi umatku lalu dia mempersulit mereka, maka persulit jugalah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan untuk mengurusi umatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia.”

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis