SPMB, akankah Menyelesaikan Masalah Pendidikan?

Oleh. Netty al Kayyisa

 

 

Lensamedianews.com__ Kabinet merah putih yang membersamai Presiden Prabowo Subianto di bidang pendidikan menempatkan Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Tahun ini resmi mengganti nama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menjadi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk SD hingga SMA.

 

Sebagaimana yang diberitakan di kompas.com, 30-1-2025, SPMB ini diharapkan memberikan kepastian pendidikan bermutu yang tuntas, berkualitas, serta merata di seluruh Indonesia. Seperti disampaikan oleh Fahira Idris, anggota DPD RI Dapil DKJ berharap perubahan ini mampu mengatasi berbagai tantangan yang selama ini dihadapi PPDB terutama dalam aspek pemerataan akses pendidikan dan transparansi proses seleksi.

 

Hanya saja sepertinya harapan perbaikan pendidikan di Indonesia hanya dengan pergantian nama penerimaan peserta didik baru masih jauh dari kenyataan. Pasalnya dalam SPMB akan ada empat jalur penerimaan murid baru yaitu jalur domisili, afirmasi, mutasi, dan prestasi. Jalur domisili hanya penyempurnaan dari jalur zonasi yang selama ini banyak persoalan dan terlanjur terdapat image buruk di tengah masyarakat. Sementara perbedaan SPMB dan PPDB hanya terletak pada perbedaan presentase masing-masing jalur dan perbedaan jalur prestasi yang semula prestasi akademik dan non akademik ditambah dengan kepemimpinan.

 

Kecurangan-kecurangan dalam penerimaan siswa baru, katrol nilai, pemalsuan piagam, dan sejumlah masalah lain yang selama ini muncul tidak akan serta merta terselesaikan dengan pergantian nama. Terlebih tidak ada perubahan mendasar dari sistem pendidikan hari ini. Anggaran dana pendidikan juga tidak berubah sehingga belum mampu menyelesaikan masalah fasilitas pendidikan yang seharusnya merata di setiap sekolah. Kualitas pendidikan yang tidak merata juga belum mendapat solusi mendasar. Jumlah guru, kompetensi, dan gaji guru juga masih terdapat kesenjangan di setiap satuan pendidikan. Padahal guru adalah ujung tombak pendidikan. Kurikulum pendidikan juga belum mampu mencetak generasi unggul yang siap menjadi pemimpin di masa depan. Kurikulum sangat menentukan arah dan pelaksanaan pendidikan. Dengan kurikulum inilah akan terbentuk generasi yang diharapkan. Inilah persoalan mendasar di dunia pendidikan. Pemerintah seharusnya fokus menyelesaikan masalah ini jika ingin mengurai masalah pendidikan satu per satu.

 

Sistem Pendidikan Islam Mewujudkan Generasi Tangguh

Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani menyatakan setidaknya ada tiga tujuan pendidikan Islam. Pertama, adalah membentuk syakhsiyyah atau kepribadian Islam. Inilah elemen terpenting pendidikan Islam.

Kedua, adalah untuk menanamkan tsaqafah Islam.

Ketiga, mengajarkan life skill atau ilmu kehidupan.

 

Tampak jelas bahwa dasar pendidikan dalam Islam adalah akidah. Kurikulum yang dibangun juga berdasarkan akidah Islam. Maka apa yang harus dipelajari siswa juga bersumber dari akidah Islam. Sebagaimana yang terdapat dalam surah Lukman ayat 13 :

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”

 

Maka pada tingkat dasar pendidikan di arahkan untuk membangun akidah siswa. Dalam Islam ilmu untuk amal. Sehingga yang dipelajari adalah pengetahuan yang dibutuhkan saat anak menghadapi masa baligh-nya, siap menanggung taklif hukum dan siap menjalani kehidupan. Aspek pengetahuan, kemandirian, keterampilan (skill) keumatan juga dibutuhkan. Sehingga negara akan menyiapkan kurikulum yang mengintegrasikan hal tersebut.

 

Dalam pendidikan Islam juga akan di topang dengan sistem sosial yang menjamin cara pandang hidup dan pergaulan sesuai Islam. Sehingga pengondisian pembentukan syakhsiyyah bisa lebih kondusif. Sistem pendidikan juga ditopang dengan sistem ekonomi. Sehingga penggajian guru, kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan bisa terpenuhi dengan biaya yang memadai. Sistem pendidikan juga di topang dengan sistem politik kelas tinggi. Khilafah Islam memiliki konsep pendidikan tersendiri jauh dari interverensi pihak manapun.

 

Dengan penerapan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan, menjadikan pendidikan mampu membentuk generasi tangguh pengisi peradaban Islam. Wallahu a’lam

Please follow and like us:

Tentang Penulis