Hasil Pilpres Amerika, Masih Sandal yang Sama!

Oleh : Ummu Zhafran

(Pegiat literasi)

 

Lensa Media News – Dalam suatu kesempatan wawancara mendiang pemimpin Kuba Fidel Castro ditanya mengenai mana yang ia pilih, Nixon atau Kennedy saat Pemilu AS 1960. Jawabnya lugas. Menurutnya, mustahil membandingkan dua sandal yang dikenakan oleh orang yang sama. Sebab Amerika, sejatinya diperintah oleh satu partai, yaitu Partai Zionis dengan dua sayap. Sayap Republik mewakili kekuatan Zionis garis keras, dan sayap demokrat mewakili yang lunak.

Jawaban yang cerdas. Tepat menggambarkan situasi perpolitikan negeri Paman Sam sejak dulu. Hingga sekarang pun kurang lebih sama. Sosok boleh berganti tapi sandal masih serupa. Kalau dulu Kennedy vs Nixon, kini Biden vs Trump.

Sebelumnya, sebagian kalangan muslim dunia memandang positif naiknya Joe Biden ke kursi Presiden. Terlebih setelah di salah satu platform media sosialnya Biden mengutip Hadits dari Baginda Nabi saw. yang mulia,

Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Lalu terjadi peristiwa Badai Aqsha yang menyingkap segalanya. Eng ing eng, di bawah kepemimpinan Biden, Paman Sam kukuh berdiri di belakang negeri Zionis. Bahkan tak ragu mengucurkan dana bantuan militer sebesar 17,9 miliar dolar AS (sekitar Rp280,8 triliun) sejak saat itu. (antaranews, 31-10-2024).

Kini era Biden berakhir. Kemenangan Trump yang menggantikannya pun sudah dipastikan. Narasi yang sama seolah berulang. Kabarnya Trump juga bisa sampai di pucuk kekuasaan karena suara muslim Amerika. Menurut Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), dukungan mereka turut andil atas kemenangan Trump. Sebabnya Trump berjanji untuk mengakhiri pertumpahan darah di Gaza. Bahkan secara lantang mengutuk kebijakan mantan Presiden negaranya sendiri yang selama ini telah mendatangkan malapetaka di dunia Muslim. (cnbcindonesia, 7-11-2024)

Tetapi lagi-lagi realita yang disuguhkan ke dunia sangat bertolak belakang. Justru pasca terpilihnya Trump yang baru lalu, Amerika kembali menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB. (rri.co.id, 20-11-2024). Akibatnya, resolusi yang menyerukan penghentian perang secara “segera, tanpa syarat, dan permanen” di Gaza kandas. Menguap begitu saja.

Tak heran jika salah satu utusan PBB dari China menilai bahwa veto keempat kalinya dari AS ini, telah meruntuhkan otoritas Dewan Keamanan dan hukum internasional ke titik terendah sepanjang sejarah. (antaranews, 21-11-2024).

Mencermati persoalan di atas, terdapat dua poin yang menarik jadi bahan renungan. Pertama, mengharap solusi dari Amerika, siapa pun Presidennya, maupun badan dunia macam PBB sama saja bermimpi memeluk rembulan. Veto berkali-kali di forum yang sama adalah bukti yang tak terbantahkan. Bagaimana dengan para pemimpin di dunia Islam, dapatkah umat menaruh harapan? Bungkamnya mereka selama ini cukup jadi jawaban.

Bagi umat muslim, sudah seharusnya menjadikan Alquran sebagai rujukan. Karena mengamalkan isinya konsekuensi langsung dari sebuah keimanan. Tegas saja dalam hal ini peringatan Allah Swt.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksa kalian)?” (An-Nisa: 144)

Sungguh yang dimaksud dengan istilah ‘wali’ dalam ayat ini ialah menjadikan mereka pemimpin, penolong, teman dekat, sahabat setia, dan kepercayaan tempat berbagi rahasia. (Tafsir Ibnu Katsir)

Jelas dalam Islam terlarang bergantung pada pihak di luar Islam dan kaum muslimin. Termasuk dalam hal Palestina yang masih dijajah hingga kini. Maka solusinya hanya satu, menghentikan penjajahan. Fakta yang sukar dibantah bahwa bantuan kemanusiaan dan pemboikotan yang selama ini dilakukan belum dapat membuat Zionis itu berhenti. Maka mengirim bantuan militer harusnya layak jadi opsi. Sayangnya pemimpin di negeri-negeri muslim tak bergeming. Itulah mengapa umat Islam harus bersatu, berjuang menegakkan syariah yang kafah di bawah naungan Khalifah. Khalifah kelak yang akan bisa mengerahkan pasukan muslim dalam satu komando jihad fi sabilillah. Allahu Akbar!

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis