Reportase Kajian Bulanan “Istiqomah dalam Ketaatan”
Indramayu, 7 Juli 2019, “… Ya, Rabbi, istiqomahkan kami dalam ketaatan. Meski jalannya cadas, berkelok dan berbatu. Teguhkan agama kami meski tak henti ujian datang silih berganti.” Sebait muhasabah terlantun sempurna sebagai pengokoh jiwa. Dibacakan di sela acara kajian bulanan, persembahan Forum Muslimah Peduli Umat.
Dalam rangka meneguhkan langkah hijrah peserta, kajian mengambil tema, “Istiqomah dalam Ketaatan.” Bertempat di sebuah aula terbuka nan asri, puluhan peserta memenuhi majelis. Nampak beberapa diantaranya, para ibu yang turut membawa buah hatinya. Momen libur sekolah anak, ternyata tak menghalangi langkah untuk meneguk pahala dan rida Allah Ta’ala.
Sejalan dengan tujuan acara, yakni demi mendekatkan muslimah Indramayu dengan pemikiran Islam, konten kajian menyajikan potret Islam yang sebenarnya, yakni sebagai sebuah mabda (sistem kehidupan, red). Ustazah Uul Khuliyah selaku pemateri, membuka tausiyah dengan mengingatkan kembali tujuan hidup manusia.
Seperti yang termaktub dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56, hidup semata untuk ibadah. Sedangkan ketika manusia itu hidup, aktivitasnya bukan seputar penyembahan kepada Tuhannya saja, tetapi menyangkut banyak hal. Oleh karena itu cakupan ibadah itu amat luas. 24 jam dalam satu hari, keseluruhannya adalah untuk ibadah. Manusia dituntut mengkondisikan segala aktivitasnya agar bernilai pahala.
Maka detik demi detiknya, wajib bagi seorang Muslim untuk mengikatkan diri dengan hukum syara’ (aturan Allah). Jika tidak, maka ia telah menyalahi tujuan penciptaannya. Namun, di era kapitalisme saat ini, hal tersebut menjadi amat sulit. Godaan dunia serta gempuran kemaksiatan menjadi momok mengerikan yang dapat menghentikan langkah hijrah seorang hamba.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw sudah memperingatkan bahwa betapa rentan keimanan terbolak balik. “Sesungguhnya, menjelang terjadinya Kiamat ada fitnah-fitnah seperti sepotong malam yang gelap gulita, pada pagi hari seseorang dalam keadaan beriman, tetapi pada sore hari ia menjadi kafir, sebaliknya pada sore hari seseorang dalam keadaan beriman, namun dipagi hari ia dalam keadaan kafir….” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak). Karenanya, pemateri menekankan betapa pentingnya keistiqomahan itu.
Selanjutnya pemateri menjelaskan terkait istiqomah itu sendiri. Menukil perkataan Umar Bin Khattab ra, istiqomah dimaknai sebagai komitmen terhadap perintah dan larangan Allah. Tak jauh berbeda, ustaz Hari Moekti pun menjelaskan istiqomah adalah tegak dan lurus. Tegak dari sisi ditopang oleh keimanan dan keikhlasan niat hanya karena Allah ta’ala, sedang lurus diartikan perbuatan manusia selalu mengikuti hukum syara’.
Pemateri juga memberikan beberapa kiat istiqomah dalam ketaatan, diantaranya: Satu, senantiasa menjaga kedekatan dengan Allah (taqorrub ilallah). Dua, memperbanyak amal saleh.
Tiga, sering mengingat kematian dan kontinu melakukan introspeksi (muhasabah). Penyampaian materi ditutup dengan ajakan untuk senantiasa bersabar dalam menjalankan setiap perintah dan larangan dari Allah Swt.
Sesi tanya jawab disusul pembagian doorprize menjadi puncak acara. Pembacaan doa dan penutup menandai berakhirnya kajian bulanan ini. Setelah pelaksanaan salat duhur berjamaah, peserta diajak makan bersama sembari ramah tamah. [Sys/WuD]